Menu

Dark Mode
綿菓子 (Wata-gashi): Awan Manis yang Meleleh di Mulut, Ikon Festival Musim Panas Jepang ❄️ Misogi: Ritual Pembersihan Diri di Air Dingin Sebelum Doa Bahasa Jepang untuk Ekspresi Bingung: Dari ‘Ee?’ sampai ‘Nande ya nen!’ Trump Teken Tarif Baru Global: Jepang Dikenai Bea Masuk 15 Persen Mulai 7 Agustus Jalan Kaki Tengah Malam di Jepang: Aman Nggak Sih? Astronaut Jepang Kimiya Yui Kembali ke Luar Angkasa Setelah 10 Tahun Lewat Misi SpaceX Crew-11

Culture

🌿 Sakaki: Pohon Suci dalam Ritual Shinto yang Tak Boleh Sembarangan Dipotong

badge-check


					🌿 Sakaki: Pohon Suci dalam Ritual Shinto yang Tak Boleh Sembarangan Dipotong Perbesar

Di antara berbagai simbol alam dalam kepercayaan Shinto, ada satu pohon yang dianggap paling suci: sakaki (榊). Pohon hijau berdaun mengkilap ini bukan hanya tanaman biasa—ia adalah media penghubung antara manusia dan para dewa (kami). Dalam banyak ritual di kuil Shinto, sakaki selalu hadir, tapi hanya sedikit yang tahu bahwa pohon ini tidak boleh ditebang atau dipetik sembarangan.

🏯 Apa Itu Pohon Sakaki?

Sakaki adalah pohon evergreen asli Jepang, bernama ilmiah Cleyera japonica. Ia tumbuh perlahan dan memiliki daun tebal mengilap yang tetap hijau sepanjang tahun—sebuah simbol kesucian dan keteguhan.

Nama “sakaki” sendiri menggunakan kanji unik , gabungan dari 木 (pohon) dan 神 (dewa). Ini satu-satunya kanji yang secara langsung menyatukan unsur alam dan spiritualitas.

🕊️ Peran Sakaki dalam Upacara Shinto

Dalam kepercayaan Shinto, sakaki dianggap sebagai wadah roh (yorishiro)—tempat para kami bisa “bersemayam” sementara selama ritual berlangsung. Biasanya dipakai dalam bentuk:

Tindakan memberikan tamagushi adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada dewa dalam Shinto.

🪓 Tidak Bisa Dipetik Sembarangan

Karena statusnya yang sakral, tidak semua pohon sakaki boleh dipotong atau digunakan untuk ritual. Biasanya, pohon yang dipakai adalah:

  • Ditumbuhkan di area kuil secara khusus

  • Dipelihara oleh penjaga kuil dengan tata cara tertentu

  • Dipetik dengan upacara dan doa

Beberapa kuil besar bahkan memiliki hutan sakaki khusus yang hanya boleh diakses oleh pendeta Shinto.

🍃 Sakaki dalam Kehidupan Sehari-Hari

Meski penggunaannya sakral, sakaki tetap hadir dalam rumah tangga yang masih memegang budaya Shinto. Di rumah yang memiliki kamidana (altar rumah), ranting sakaki diganti secara berkala, biasanya saat awal bulan, dan harus dibuang dengan cara yang sopan (bukan sembarangan di tempat sampah).

🌱 Simbol Keabadian & Hubungan dengan Alam

Filosofi Shinto selalu memandang alam sebagai manifestasi roh suci. Sakaki, dengan daunnya yang selalu hijau dan tenang, adalah simbol keseimbangan, penghormatan pada alam, dan hubungan sakral antara manusia dan dunia tak kasat mata.


Dalam budaya Jepang yang sering dianggap modern dan cepat berubah, kehadiran pohon sakaki di altar atau upacara menunjukkan betapa akar spiritual dan rasa hormat terhadap alam masih kuat dijaga. Sakaki bukan hanya pohon—ia adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia dewa, yang keberadaannya dijaga dengan penuh rasa hormat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

❄️ Misogi: Ritual Pembersihan Diri di Air Dingin Sebelum Doa

2 August 2025 - 19:30 WIB

🖋️ Goshuin: Cap Stempel Kuil yang Jadi Catatan Spiritual & Seni Kaligrafi

1 August 2025 - 09:19 WIB

“Shugendō”: Jalan Spiritual Gunung yang Masih Dijalani Biksu Pendaki

31 July 2025 - 17:30 WIB

“Bon Odori”: Menari Bersama Arwah Leluhur dalam Irama Musim Panas

30 July 2025 - 18:30 WIB

Kata ‘Senpai’ Lebih dari Sekadar Senior: Etika Berbahasa dalam Hierarki Jepang

29 July 2025 - 17:10 WIB

Trending on Bahasa Jepang