Lebih dari 70 persen pengunjung asing di Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima menilai bahwa pengeboman atom oleh Amerika Serikat pada tahun 1945 terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki tidak dapat dibenarkan, menurut survei terbaru oleh Kyodo News.
Dari 1.000 responden yang mengikuti survei musim panas ini, 74,6 persen mengatakan pengeboman tidak dapat dibenarkan, dengan 6,2 persen mengaku mengubah pandangan mereka setelah melihat pameran di museum. Sementara itu, 7,2 persen menyatakan bahwa pengeboman tersebut dapat dibenarkan, dan 12,8 persen lainnya tidak yakin.
Di kalangan warga Amerika Serikat, 13,3 persen merasa pengeboman bisa dibenarkan—hampir dua kali lipat dari rata-rata keseluruhan responden—sedangkan 48,5 persen menyatakan tidak setuju. Menariknya, 8,2 persen warga AS mengatakan mereka mengubah pandangan mereka menjadi menolak pengeboman setelah mengunjungi museum.
Museum ini mencatat rekor jumlah pengunjung asing sepanjang sejarahnya pada tahun fiskal 2024, dengan lebih dari 720.000 pengunjung sejak dibuka pertama kali pada 1955.
Alasan paling umum untuk mengunjungi museum (responden bisa memilih lebih dari satu) adalah karena mempelajari tentang pengeboman atom di sekolah (75,4 persen), disusul dengan membaca buku atau menonton film (45,7 persen), dan keprihatinan terhadap isu senjata nuklir global (44,9 persen).
Kurang dari 5 persen menyebut alasan kunjungan mereka berkaitan dengan kemenangan Nihon Hidankyo—kelompok penyintas bom atom Jepang—dalam Hadiah Nobel Perdamaian 2024, atau diselenggarakannya KTT G7 2023 di Hiroshima.
Ketika ditanya tentang pelucutan senjata nuklir, 55,6 persen mengatakan bahwa penghapusan senjata nuklir adalah suatu keharusan. Sebanyak 35,9 persen menyetujuinya namun menganggap hal tersebut sulit di kondisi saat ini, dan hanya 3 persen menyatakan bahwa senjata nuklir sebaiknya tidak dihapuskan.
Dari 394 responden yang berasal dari negara-negara pemilik senjata nuklir, 46,4 persen mendukung pelucutan senjata nuklir, sementara 43,1 persen mengakui pentingnya namun meragukan kelayakannya, dan 4,1 persen menolaknya.
Survei dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2025 melalui pemindaian kode QR setelah kunjungan ke museum, dengan responden berasal dari 62 negara dan wilayah.
Judul: Lebih dari 70% Turis Asing Nilai Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki Tak Bisa Dibenarkan
Lebih dari 70 persen wisatawan asing yang mengunjungi Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima menilai bahwa pengeboman atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 tidak dapat dibenarkan, menurut survei terbaru Kyodo News.
Dari total 1.000 responden asing, sebanyak 74,6 persen menyatakan bahwa pengeboman tersebut tidak dapat dibenarkan, dan 6,2 persen di antaranya mengaku mengubah pendapat setelah melihat pameran di museum. Sementara itu, hanya 7,2 persen menyatakan pengeboman itu bisa dibenarkan, dan 12,8 persen menyatakan ragu-ragu.
Di kalangan pengunjung asal Amerika Serikat, 13,3 persen menganggap pengeboman itu dibenarkan, hampir dua kali lipat dari rata-rata responden secara keseluruhan. Namun, 48,5 persen orang Amerika menilai pengeboman itu tidak tepat, dan 8,2 persen mengaku pandangannya berubah setelah kunjungan ke museum.
Museum ini mencatat kunjungan wisatawan asing sebanyak lebih dari 720.000 orang sepanjang tahun fiskal 2024, jumlah tertinggi sejak dibuka pada tahun 1955.
Alasan utama para pengunjung datang ke museum, menurut survei yang memperbolehkan jawaban berganda, adalah:
-
Pernah belajar tentang pengeboman di sekolah (75,4%)
-
Membaca buku atau menonton film terkait (45,7%)
-
Kepedulian terhadap isu nuklir global (44,9%)
Kurang dari 5 persen menyebutkan kunjungan mereka terinspirasi oleh kemenangan Nihon Hidankyo (organisasi penyintas bom atom) atas Nobel Perdamaian 2024, maupun KTT G7 tahun 2023 yang digelar di Hiroshima.
Saat ditanya tentang pelucutan senjata nuklir, 55,6 persen responden setuju bahwa senjata nuklir harus dihapuskan, sementara 35,9 persen mendukung, tetapi menyadari hal itu sulit dalam kondisi saat ini, dan hanya 3,0 persen menolak pelucutan senjata nuklir.
Di antara 394 responden yang berasal dari negara-negara pemilik senjata nuklir, 46,4 persen menyatakan senjata nuklir harus dihapuskan, 43,1 persen mendukung namun mengakui kesulitannya, dan 4,1 persen menentang pelucutan senjata.
Survei ini dilakukan selama bulan Juni dan Juli 2025 melalui pemindaian QR code setelah kunjungan ke museum, dan mendapat respon valid dari 1.000 orang dari 62 negara dan wilayah.
Sc : KN