Dalam budaya Jepang, ketika memperkenalkan diri, orang akan menyebut nama keluarga (marga) terlebih dahulu, lalu nama pribadi. Contohnya, Tanaka Hiroshi — di mana Tanaka adalah nama keluarga, dan Hiroshi adalah nama depan. Ini mungkin terdengar terbalik bagi banyak orang Indonesia atau Barat yang terbiasa menyebut nama pribadi dulu, seperti Hiroshi Tanaka. Tapi di balik urutan itu, ada filosofi dan pandangan hidup yang mendalam.
1. Kolektif Lebih Penting dari Individu
Jepang adalah negara dengan budaya kolektivis yang kuat. Dalam masyarakat seperti ini, kelompok atau komunitas dianggap lebih penting daripada individu. Menyebut nama keluarga terlebih dahulu mencerminkan identitas seseorang sebagai bagian dari sebuah keluarga, klan, atau komunitas.
Urutan ini secara simbolis menunjukkan bahwa:
-
Identitas sosial lebih utama daripada pribadi
-
Loyalitas terhadap keluarga dan masyarakat dijunjung tinggi
-
Seseorang mewakili keluarganya dalam setiap interaksi
2. Sejarah dan Tradisi Feodal
Urutan nama ini juga berasal dari sistem feodal Jepang kuno. Dalam masa samurai dan bangsawan, nama keluarga adalah tanda status sosial dan asal-usul yang sangat penting. Bahkan, pada zaman dahulu hanya kalangan tertentu yang diizinkan memiliki nama keluarga.
Setelah Restorasi Meiji (akhir abad ke-19), semua warga Jepang diwajibkan memiliki nama keluarga dan sistem ini menjadi standar nasional — tetap mempertahankan urutan nama keluarga lebih dulu.
3. Cara Pandang terhadap Identitas Diri
Berbeda dari budaya individualistik, orang Jepang cenderung tidak menonjolkan diri secara pribadi. Oleh karena itu, menyebut nama belakang terlebih dahulu adalah bentuk kerendahan hati, seolah berkata:
“Saya bagian dari keluarga ini, bukan hanya diri saya sendiri.”
4. Kenapa Diubah dalam Bahasa Inggris?
Di banyak media internasional, nama Jepang sering dibalik agar sesuai dengan format Barat, contohnya dari Tanaka Hiroshi menjadi Hiroshi Tanaka. Ini dilakukan agar lebih mudah dipahami oleh audiens non-Jepang.
Namun, sejak 2020, pemerintah Jepang mendorong untuk mengembalikan penggunaan urutan asli (nama keluarga dulu) dalam penulisan nama Jepang di luar negeri, sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas nasional.
5. Contoh Nyata di Budaya Pop dan Sehari-hari
-
Di sekolah dan kantor, seseorang lebih sering dipanggil dengan nama keluarganya, bukan nama depan.
-
Dalam anime, manga, dan drama, karakter biasanya saling menyebut dengan nama belakang — kecuali jika sudah sangat akrab.
Misalnya:
“Kurosawa-san, arigatou gozaimasu.”
(Terima kasih, Tuan/Nyonya Kurosawa.)
Urutan nama dalam budaya Jepang bukan sekadar kebiasaan linguistik, tapi mencerminkan filosofi mendalam tentang keluarga, komunitas, dan kesopanan. Menempatkan nama keluarga di depan adalah cara orang Jepang menunjukkan rasa hormat terhadap asal-usul dan lingkungan sosialnya — sesuatu yang patut kita apresiasi dalam memahami cara pikir bangsa ini.










