Pemerintah Jepang berencana mengirim negosiator utama tarifnya ke Amerika Serikat awal pekan depan untuk melakukan putaran kedelapan perundingan tingkat menteri, menurut sumber yang dekat dengan masalah ini pada Kamis (3 Juli 2025).
Tokyo dikabarkan telah menghubungi pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menjadwalkan kembali negosiasi sebelum batas waktu Rabu depan, yang menandai akhir dari masa jeda 90 hari atas tarif tambahan khusus untuk negara tertentu.
Dengan Trump yang tampak semakin memperkeras sikapnya, harapan terakhir Jepang kini bertumpu pada kemampuan negosiator Ryosei Akazawa untuk mengamankan kesepakatan yang mencakup pengurangan tarif impor mobil, kata sumber tersebut.
Sejak putaran negosiasi dimulai pada April, Washington tetap enggan menyetujui permintaan Tokyo untuk mencabut atau mengurangi tarif tambahan 25 persen terhadap mobil.
Di tengah kebuntuan ini, Jepang berupaya meminta perpanjangan masa jeda tarif agar negosiasi dapat terus dilanjutkan.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyatakan optimismenya dalam program NHK pada Kamis, dengan mengatakan bahwa negosiasi dengan AS sedang berjalan “secara mantap.”
“Kami perlu membahas berbagai area, termasuk hambatan non-tarif. Namun kami terus membuat kemajuan yang stabil dan nyata,” ujar Ishiba.
“Jepang adalah investor terbesar di Amerika Serikat dan kontributor utama dalam penciptaan lapangan kerja. Kami berharap hal ini bisa dipertimbangkan,” tambahnya, menekankan bahwa Washington seharusnya fokus pada investasi, bukan tarif.
Komentar tersebut muncul setelah Presiden Trump pada Selasa melontarkan wacana menaikkan tarif impor dari Jepang hingga 30 atau 35 persen, sambil mengeluh soal pembelian mobil dan beras Amerika oleh Jepang.
“Saya tidak yakin kita akan mencapai kesepakatan. Saya ragu,” kata Trump kepada wartawan dari dalam pesawat Air Force One, menyebut Jepang sebagai negara yang “sangat keras” dan “sangat dimanjakan.”
Perselisihan tarif mobil menjadi hambatan utama dalam kesepakatan, dengan AS terus menekan Jepang agar meningkatkan pembelian produk Amerika seperti mobil, beras, dan minyak guna memperkecil defisit perdagangannya.
Sebagai tanggapan, Jepang menekankan kontribusinya terhadap ekonomi AS dan menawarkan paket kesepakatan yang mencakup peningkatan investasi serta kerja sama dalam bidang keamanan ekonomi, kata sumber tersebut.
Jika masa jeda 90 hari berakhir tanpa perpanjangan, Jepang akan menghadapi tambahan tarif khusus sebesar 14 persen di luar tarif dasar 10 persen yang sudah dikenakan pada seluruh impor dari berbagai negara.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa dalam pertemuan akhir Mei, pihak AS memperingatkan bahwa mereka mungkin akan menuntut pembatasan jumlah kendaraan yang diekspor Jepang ke Amerika—kebijakan yang dikenal sebagai voluntary export restriction.
Namun, menurut laporan itu, pejabat Jepang tetap pada pendiriannya dan menolak menerima kesepakatan apa pun yang mempertahankan tarif mobil 25 persen ala Trump, yang akhirnya menyebabkan kebuntuan negosiasi.