Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada hari Jumat menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Jepang tidak mengimpor beras dari Amerika Serikat, dan menyebut klaim tersebut sebagai kesalahpahaman yang harus diluruskan.
Pernyataan itu disampaikan Ishiba saat bertemu dengan para petani dalam rangkaian kampanye pemilu parlemen nasional. Hal ini menyusul pernyataannya sehari sebelumnya bahwa Trump mungkin salah informasi soal ekspor beras dan mobil dari AS ke Jepang.
Ishiba, yang memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) — partai berkuasa yang secara tradisional didukung oleh kelompok tani — menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan mengorbankan kepentingan nasional demi kesepakatan tarif dengan AS.
“Kami mengimpor beras dari California,” ujar Ishiba dalam pertemuan di Prefektur Fukushima, salah satu wilayah penghasil beras utama di timur laut Jepang.
“Kami harus memastikan pihak AS memahami fakta ini dengan jelas,” tambahnya.
Perundingan tingkat menteri antara Jepang dan AS soal tarif perdagangan tampaknya menemui jalan buntu, seiring pernyataan Trump baru-baru ini yang mengkritik hubungan dagang negaranya dengan Jepang.
Lewat media sosial, Trump menulis bahwa Jepang “tidak mau menerima beras kami, padahal mereka mengalami kekurangan beras besar-besaran.”
Trump juga telah mengancam akan menaikkan tarif impor dari Jepang dan negara lain menjelang batas waktu Rabu depan, yaitu akhir dari masa jeda 90 hari atas kebijakan tarif timbal balik.
Meskipun gagal mencapai kesepakatan dengan Trump saat KTT pertengahan Juni, Ishiba menyatakan bahwa Jepang tidak terburu-buru dalam merampungkan negosiasi. Ia menyebut perundingan “berjalan dengan stabil dan pasti,” meski enggan menyebut seberapa dekat mereka dengan kesepakatan.
Harga beras yang melonjak, terutama akibat gagal panen, menjadi isu penting menjelang pemilu Majelis Tinggi (House of Councillors) pada 20 Juli. Partai oposisi mengkritik langkah pemerintah yang dinilai tidak efektif dalam mengendalikan harga.
Setelah sebelumnya hampir dua kali lipat lebih tinggi dibanding tahun lalu, harga beras kini mulai menurun. Data pemerintah yang dirilis hari Jumat menunjukkan harga eceran rata-rata beras mencapai 3.691 yen (sekitar Rp375.000) per 5 kilogram dalam pekan yang berakhir hari Minggu lalu — turun 57 yen dibanding pekan sebelumnya.
Penurunan harga tersebut sebagian besar karena pemerintah menjual stok cadangan daruratnya ke pengecer, sebagai upaya menekan harga.
Menjelang pemilu yang menentukan masa depan politiknya, Ishiba berjanji akan meningkatkan produksi beras domestik, menandai perubahan dari kebijakan lama Jepang yang cenderung membatasi output secara nasional.
“Sebagai negara berdaulat, kita tidak bisa membiarkan budidaya beras menurun hanya karena peningkatan impor,” tegas Ishiba di Fukushima.
Sc : KN