Tingkat pengangguran rata-rata di Jepang pada tahun fiskal 2024 turun 0,1 poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 2,5%, menandai perbaikan pertama dalam dua tahun terakhir. Penurunan ini terjadi di tengah kekurangan tenaga kerja, menurut data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang pada Jumat (25/4).
Selama periode April 2024 hingga Maret 2025, jumlah pengangguran menurun sebanyak 30.000 orang menjadi 1,75 juta. Sementara itu, jumlah orang yang bekerja meningkat 370.000 menjadi 67,93 juta—angka tertinggi sejak pencatatan data sejenis dimulai pada 1953.
Di antara para pengangguran, jumlah orang yang diberhentikan oleh perusahaan turun 20.000 menjadi 220.000, sedangkan jumlah orang yang keluar secara sukarela tetap stabil di angka 750.000.
Seorang pejabat kementerian menjelaskan bahwa meskipun ada pemutusan kerja, para pencari kerja masih mampu mendapatkan pekerjaan baru karena pasar tenaga kerja tetap kekurangan tenaga.
Namun, secara bulanan, tingkat pengangguran pada Maret 2025 naik sedikit menjadi 2,5% dari 2,4% di bulan sebelumnya.
Data terpisah dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan bahwa rasio ketersediaan pekerjaan rata-rata tahun fiskal 2024 turun 0,04 poin menjadi 1,25—penurunan dua tahun berturut-turut. Artinya, terdapat 125 lowongan kerja untuk setiap 100 pencari kerja.
Meski data ini menurun, ekonom dari Daiwa Institute of Research, Kisuke Yoshii, menegaskan bahwa pasar kerja Jepang tetap ketat. “Kekurangan tenaga kerja belum berubah dan kemungkinan besar akan terus berlanjut,” ujarnya.
Pada Maret, rasio ketersediaan pekerjaan meningkat 0,02 poin menjadi 1,26.
Secara sektoral, lowongan pekerjaan baru naik 8,2% di sektor informasi dan komunikasi, serta 3,3% di sektor akomodasi dan layanan makanan. Namun, sektor perdagangan grosir dan eceran turun 7,7%, serta jasa gaya hidup dan hiburan turun 6,9%.
Sc : KN