Harga rata-rata kondominium baru di pusat Tokyo naik 11,2 persen pada tahun fiskal 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai rekor tertinggi sebesar 116,32 juta yen (sekitar Rp12,9 miliar). Ini merupakan tahun kedua berturut-turut harga rata-rata kondominium di kawasan tersebut melampaui 100 juta yen, di tengah lonjakan biaya material dan tenaga kerja, menurut laporan sebuah lembaga riset pada Senin.
Sementara itu, jumlah kondominium baru yang dipasarkan di 23 distrik utama Tokyo anjlok 25,5 persen menjadi 8.272 unit. Penurunan ini dipengaruhi oleh pembatasan jam lembur di lokasi konstruksi yang mulai diberlakukan sejak April tahun lalu.
Di tengah harga yang terus melambung, pengembang tetap menargetkan pembeli kelas atas dengan menawarkan properti di lokasi strategis, seperti di dekat stasiun kereta besar.
Harga rata-rata di Tokyo dan wilayah sekitarnya juga naik 7,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi 81,35 juta yen (sekitar Rp9 miliar), mencetak rekor baru untuk tahun keempat berturut-turut. Namun, jumlah unit yang dipasarkan turun 17 persen menjadi 22.239 unit, menandai penurunan selama tiga tahun berturut-turut.
Dilihat berdasarkan prefektur, harga naik 20,5 persen menjadi 58,93 juta yen di Saitama, 10,6 persen menjadi 56,04 juta yen di Chiba, dan 7,2 persen menjadi 65,87 juta yen di Kanagawa. Harga rata-rata naik di seluruh enam wilayah, termasuk 23 distrik utama Tokyo dan prefektur sekitarnya.
“Menjual properti di pinggiran kota semakin sulit karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan keberlanjutan hidup sehari-hari di tengah harga yang terus naik,” ujar salah satu pejabat lembaga riset tersebut, seraya menambahkan bahwa harga kondominium diperkirakan akan tetap tinggi untuk sementara waktu karena biaya yang terus meningkat.
Di luar 23 distrik utama Tokyo, harga rata-rata naik 13,2 persen menjadi 60,67 juta yen.
Sc : KN