Pemerintah Jepang memutuskan menutup seluruh pusat pendidikan yang didanai Tokyo di Rusia, dengan alasan memburuknya hubungan kedua negara akibat invasi Rusia yang masih berlangsung di Ukraina.
Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan keputusan komprehensif telah diambil bahwa enam pusat tersebut—yang dulunya dianggap sebagai simbol persahabatan bilateral—telah “menyelesaikan peran historisnya.” Ia menambahkan, penutupan dilakukan “dengan mempertimbangkan perubahan besar dalam situasi di Rusia serta hubungan Jepang-Rusia.”
Pusat-pusat Jepang itu, yang berdiri antara 1994 hingga 2001, awalnya bertujuan memperkuat hubungan Jepang-Rusia melalui berbagai kegiatan seperti kursus bahasa Jepang, program pelatihan, serta dukungan bagi dunia usaha.
Keputusan ini diambil setelah Rusia pada Januari lalu menghentikan pelaksanaan nota kesepahaman terkait operasional pusat-pusat tersebut—langkah yang sebelumnya disebut pemerintah Jepang sebagai hal yang “tidak dapat diterima.”
Hayashi menyebut keputusan sepihak Rusia itu menjadi pertimbangan penting dalam penutupan. Jepang juga telah menyampaikan keputusan ini melalui jalur diplomatik, sambil menyatakan penyesalan atas penghentian tersebut dan menyoroti cara pemerintah Rusia menangani masalah itu.
Ia menambahkan, pihak berwenang Rusia sempat dua kali melakukan inspeksi langsung ke Pusat Jepang di Vladivostok pada Juli dan Agustus. “Pemerintah Jepang sedang berupaya memastikan pengelolaan situasi dengan tepat,” kata Hayashi, seraya mendesak pihak Rusia untuk menjamin keamanan fisik staf di pusat-pusat yang ditutup.
Sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Jepang bersama negara-negara G7 dan sekutu Barat lainnya telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Moskow.
Sc : JT







