Menu

Dark Mode
Siap-siap, TikTok Akan Luncurkan Layanan TikTok Shop di Jepang Bulan Ini! Pesaing Baru Rakuten dan Amazon? Peringatan Heatstroke Dikeluarkan di Beberapa Wilayah Jepang karena Suhu Ekstrem Pria di Osaka Ditangkap karena Jual DVD Bajakan Film Godzilla yang Diwarnai Pakai AI PM Jepang Kecam Serangan Israel ke Iran, Serukan Negara Anggota G7 Redam Ketegangan Daruma: Boneka Bulat Simbol Ketekunan dan Keberuntungan Orang Jepang Keluarga Pemilik Restoran Eks-Michelin di Jepang Ditangkap karena Abaikan Larangan Usaha Usai Kasus Keracunan

Culture

Mandiri Sejak Dini: Kenapa Anak SD di Jepang Pergi ke Sekolah Sendiri Tanpa Diantar?

badge-check


					Mandiri Sejak Dini: Kenapa Anak SD di Jepang Pergi ke Sekolah Sendiri Tanpa Diantar? Perbesar

Kalau kamu jalan-jalan pagi di Jepang, kamu mungkin akan melihat pemandangan yang menarik:
Anak-anak SD berjalan kaki ke sekolah sendiri—tanpa orang tua, tanpa sopir, bahkan sering tanpa pengawasan guru.

Di negara lain, hal ini bisa jadi dianggap berbahaya atau sembrono, tapi di Jepang, ini adalah bagian dari budaya dan sistem sosial yang sudah lama dibangun.

Lantas, kenapa anak-anak Jepang bisa begitu mandiri sejak usia kecil? Yuk, kita bahas!


🎒 1. Kemandirian adalah Nilai yang Ditanamkan Sejak Kecil

Di Jepang, anak-anak diajarkan untuk:

Mereka dianggap mampu mengelola dirinya sendiri sejak dini—dan berjalan ke sekolah sendiri adalah bagian dari pelatihan hidup itu.


🚥 2. Infrastruktur yang Ramah Anak

Pemerintah dan masyarakat Jepang telah menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung anak-anak, seperti:

  • Trotoar yang aman dan terawat.

  • Lampu lalu lintas dengan suara untuk membantu menyeberang.

  • Relawan lokal (kadang orang tua atau lansia) yang berdiri di titik-titik persimpangan untuk membantu anak-anak menyeberang jalan.

Jadi, anak-anak tidak “dilepas begitu saja”, tapi mereka dibiarkan belajar dengan pengawasan yang tidak mencolok.


👨‍👩‍👧‍👦 3. Kelompok Berangkat Sekolah (Tokōhan)

Di banyak daerah, anak-anak pergi ke sekolah dalam kelompok kecil bersama teman-temannya.
Sistem ini disebut “tokōhan” dan biasanya dipimpin oleh siswa yang lebih tua atau anak yang dipercaya.

Mereka punya rute tetap, waktu berangkat yang teratur, dan rasa tanggung jawab terhadap satu sama lain.


🏘️ 4. Masyarakat Kolektif yang Peduli

Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi prinsip “it takes a village to raise a child.”

Artinya, masyarakat sekitar ikut merasa bertanggung jawab atas keselamatan anak-anak.
Orang dewasa di lingkungan itu tidak akan cuek jika melihat anak-anak dalam bahaya atau tersesat.

Rasa aman ini lahir dari kepercayaan sosial dan rasa tanggung jawab bersama.


🧠 5. Bagian dari Pendidikan Non-Akademik

Berjalan ke sekolah sendiri juga dianggap sebagai bentuk:

  • Latihan navigasi.

  • Melatih disiplin dan ketepatan waktu.

  • Membentuk rasa percaya diri.

Dengan kata lain, ini bukan sekadar “pergi ke sekolah”, tapi bagian dari pendidikan karakter.


Anak-anak SD di Jepang tidak sekadar “dilepas”, tapi mereka hidup dalam sistem sosial yang:

  • Aman secara fisik,

  • Mendukung secara budaya,

  • Dan percaya pada kemampuan anak untuk tumbuh.

Sebuah contoh menarik tentang bagaimana kemandirian bisa dibentuk tanpa memaksa, tapi lewat kebiasaan yang konsisten.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Daruma: Boneka Bulat Simbol Ketekunan dan Keberuntungan Orang Jepang

17 June 2025 - 17:30 WIB

Torii: Gerbang Sakral, Simbol Batas Dunia Manusia dan Dewa di Jepang

16 June 2025 - 20:00 WIB

Kenapa Trotoar di Jepang Bersih Meski Tempat Sampah Langka?

14 June 2025 - 20:00 WIB

‘Yakudoshi’: Tahun Sial dalam Hidup Orang Jepang

12 June 2025 - 17:30 WIB

Ofuda & Omikuji: Jimat dan Ramalan yang Disimpan Diam-Diam di Jepang

11 June 2025 - 18:30 WIB

Trending on Culture