Dari usaha kecil hingga perusahaan besar, survei terbaru menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Jepang semakin memilih untuk mempertahankan karyawan yang berusia paruh baya atau lebih tua, daripada mendorong mereka untuk pensiun.
Survei yang dilakukan oleh Tokyo Shoko Research Ltd. melibatkan sekitar 5.000 perusahaan, dan menunjukkan bahwa 64 persen dari mereka melaporkan bahwa karyawan berusia 45 tahun ke atas merupakan lebih dari setengah total tenaga kerja mereka. Selain itu, 22 persen perusahaan menyatakan bahwa demografis ini mencakup setidaknya 80 persen dari jumlah karyawan mereka.
Meski terjadi pergeseran demografis ini, 99 persen perusahaan yang merespons survei mengaku belum menerapkan program pensiun sukarela atau dini, dan tidak berencana melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis kini lebih fokus pada pemanfaatan dan mempertahankan pekerja paruh baya dan lansia, di tengah kekurangan tenaga kerja yang melanda berbagai sektor.
Survei yang dilakukan awal Juni ini mengumpulkan jawaban dari 291 perusahaan besar dan 4.748 perusahaan kecil hingga menengah. Dari jumlah tersebut, 57 persen perusahaan besar dan 65 persen perusahaan kecil-menengah menyatakan bahwa setengah atau lebih tenaga kerja mereka berusia 45 tahun ke atas.
Dari sisi industri, sektor transportasi memiliki konsentrasi perusahaan dengan tenaga kerja lebih tua tertinggi, yaitu 82 persen. Disusul oleh sektor keuangan dan asuransi sebesar 75 persen, properti sebesar 71 persen, serta konstruksi sebesar 70 persen. Industri pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan juga menunjukkan tren serupa, dengan lebih dari 70 persen perusahaan melaporkan mayoritas karyawannya berusia 45 tahun ke atas.
Layanan Shinkansen di Kyushu Sempat Dihentikan Akibat Topan Lingling


Kosuke Honma, pimpinan survei Tokyo Shoko Research, mengatakan, “Tren penuaan ini sangat kentara, terutama di perusahaan kecil dan menengah. Misalnya, di agen properti lokal, jarang sekali terlihat karyawan muda. Industri transportasi juga sangat terdampak oleh kekurangan tenaga kerja kronis.”
Bagaimana respons perusahaan terhadap tenaga kerja yang menua?
Dalam survei yang lebih luas juga dilakukan oleh Tokyo Shoko Research, hanya 2,8 persen perusahaan besar dan 0,7 persen perusahaan kecil-menengah yang mengatakan bahwa mereka telah menerapkan program pensiun sukarela atau dini dalam tiga tahun terakhir. Survei ini menerima data dari 6.483 perusahaan.
Kurang dari 1 persen dari kedua kelompok tersebut mengaku mempertimbangkan penerapan program semacam itu dalam setahun ke depan.
Meskipun beberapa perusahaan besar seperti Nissan Motor Corp. dan Panasonic Holdings Corp. telah mengumumkan restrukturisasi yang meliputi pemotongan jumlah karyawan, hasil survei menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja bukanlah tren yang meluas di kalangan perusahaan yang disurvei.
Honma menambahkan, “Ada kekhawatiran di kalangan pekerja paruh baya atau lebih tua akibat laporan pemecatan di perusahaan besar, tetapi jumlah restrukturisasi sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan.”
Survei juga menanyakan tentang sistem pensiun wajib untuk posisi manajerial. Sebanyak 41 persen perusahaan besar sudah menerapkan sistem ini, dibandingkan dengan 18 persen perusahaan kecil-menengah. Sementara itu, 7 persen perusahaan besar dan 2 persen perusahaan kecil-menengah telah menghapus sistem tersebut. Sedangkan 5 persen perusahaan besar dan 11 persen perusahaan kecil-menengah sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem pensiun wajib.
Statistik ini mencerminkan ketidaktegasan perusahaan dalam menentukan kebijakan terbaik terkait pensiun.
Para pekerja dari generasi “bubble-era hiring,” yaitu mereka yang lulus dan mulai bekerja antara 1987 hingga 1992, kini berusia antara 56 hingga 61 tahun. Hal ini berbarengan dengan isu pentingnya pemanfaatan karyawan paruh baya dan lansia, seiring revisi Undang-Undang Stabilitas Ketenagakerjaan Usia Lanjut yang mendorong perusahaan untuk menjamin pekerjaan hingga usia 70 tahun.
“Semakin banyak perusahaan yang merevisi sistem sumber daya manusia dan kompensasi agar memungkinkan karyawan lebih tua bekerja dalam jangka panjang,” ujar Honma, menambahkan bahwa permintaan terhadap tenaga kerja usia lanjut di pasar kerja juga terus meningkat.
Sc : asahi ,