Jepang berhasil meluncurkan satelit pemantau perubahan iklim pada Minggu (30/6) melalui roket andalannya, H-2A, yang sekaligus menandai misi terakhir roket tersebut sebelum digantikan oleh model baru yang lebih kompetitif secara biaya di pasar antariksa global.
Roket H-2A meluncur dari Pusat Antariksa Tanegashima di Jepang barat daya, membawa satelit GOSAT-GW (Global Observing SATellite for Greenhouse gases and Water cycle) sebagai bagian dari upaya Jepang untuk memantau dan mengatasi perubahan iklim. Sekitar 16 menit setelah peluncuran, satelit berhasil dipisahkan dan masuk ke orbit yang direncanakan.
Peluncuran sempat tertunda beberapa hari karena gangguan pada sistem kelistrikan roket. Saat peluncuran akhirnya berhasil, para ilmuwan dan pejabat ruang angkasa di ruang kontrol saling berpelukan dan berjabat tangan merayakan keberhasilan tersebut.
Keiji Suzuki, pejabat Mitsubishi Heavy Industries yang bertanggung jawab atas peluncuran, mengatakan bahwa misi terakhir ini membuatnya lebih gugup dari biasanya. “Saya telah menghabiskan seluruh karier saya untuk memastikan roket H-2A tidak pernah gagal… Yang bisa saya katakan sekarang adalah saya sangat lega.”
Peluncuran ini menjadi penerbangan ke-50 dan terakhir bagi H-2A, yang telah menjadi tulang punggung program luar angkasa Jepang sejak debutnya pada 2001, dengan catatan keberhasilan hampir sempurna (98%), hanya satu kegagalan pada 2003.
Setelah pensiun, H-2A akan sepenuhnya digantikan oleh H3, roket andalan baru Jepang yang sudah mulai beroperasi. Presiden JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), Hiroshi Yamakawa, menyebut momen ini sebagai “emosional” bagi seluruh tim pengembang.
Satelit GOSAT-GW akan memantau gas rumah kaca seperti karbon dan metana, serta siklus air bumi. Data seperti suhu permukaan laut dan curah hujan akan mulai dibagikan kepada pengguna global, termasuk Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), dalam waktu satu tahun.
Roket H-2A yang menggunakan bahan bakar cair dan dua roket tambahan berbahan bakar padat, dikembangkan oleh JAXA dengan peluncuran dioperasikan oleh Mitsubishi Heavy Industries sejak 2007. Roket ini telah mengangkut berbagai misi penting Jepang seperti pendarat bulan SLIM dan wahana Hayabusa2 ke asteroid jauh.
Dengan berakhirnya era H-2A, sumber daya kini dapat difokuskan pada pengembangan H3 yang mampu membawa muatan lebih besar dengan biaya peluncuran setengahnya. H3 telah mencatat empat peluncuran sukses berturut-turut setelah kegagalan pada peluncuran perdananya di tahun 2023.
Jepang menargetkan sistem transportasi antariksa yang stabil dan kompetitif untuk memperkuat program luar angkasa dan keamanannya. Selain H3, Jepang juga tengah mengembangkan sistem roket kecil Epsilon untuk memenuhi kebutuhan pasar satelit yang terus berkembang.
Sc : ApNews