Seorang pemburu berlisensi untuk memburu rusa menembak mati seekor beruang cokelat di sebuah country club di Kota Sapporo, Prefektur Hokkaido, tanpa izin dari pihak berwenang. Kasus ini terungkap pada 9 September dan kini tengah diselidiki pemerintah prefektur serta kepolisian karena diduga melanggar undang-undang pengelolaan satwa liar Jepang.
Menurut Sapporo Country Club Co., seekor beruang terlihat di lapangan Takino Country Club pada 2 dan 3 September. Pihak pengelola segera melapor ke pemerintah kota dan kepolisian, lalu meningkatkan patroli. Pada 4 September sekitar pukul 11 siang, staf menemukan kembali beruang tersebut.
Klub kemudian mengevakuasi sekitar 250 tamu dan mengirim seorang pemburu veteran yang telah mereka kontrak selama 10 tahun terakhir. Karena beruang terlihat di lokasi yang sama selama tiga hari berturut-turut, sang pemburu mencurigai adanya sumber makanan yang menarik binatang itu dan mulai menyisir area.
Sekitar pukul 12 siang, beruang sepanjang 1,4 meter muncul hanya dalam jarak 5 meter dari pemburu. Merasa beruang itu mendekat, ia menembakkan lima peluru, empat di antaranya mengenai tubuh beruang hingga mati.
Meski memiliki izin berburu rusa, pemburu tersebut tidak memiliki izin berburu beruang. Ia melaporkan tindakannya kepada pihak klub, yang kemudian menghubungi pemerintah prefektur serta kepolisian untuk melakukan penyelidikan di lokasi.
Di Jepang, berburu beruang hanya diperbolehkan pada musim dan lokasi tertentu, atau melalui izin khusus dari pemerintah prefektur sebagai upaya pengendalian satwa liar berbahaya. Kasus di lapangan golf ini tidak termasuk dalam kedua kategori tersebut, sehingga berpotensi dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Biasanya, jika ada laporan penampakan beruang, pemerintah kota akan bekerja sama dengan asosiasi pemburu resmi untuk menangani situasi. Namun, prosedur tersebut tidak dijalankan kali ini. Pihak klub berdalih bahwa penembakan dilakukan sebagai langkah darurat demi keselamatan.
Tomohiro Hida, manajer Takino Country Club, menyatakan bahwa tidak ada masalah beruang di lokasi itu selama lebih dari satu dekade dan mereka selalu menjaga agar tidak ada sampah yang menarik binatang liar.
“Pemburu itu dikontrak hanya untuk pengendalian rusa. Kami menyesal ia harus menembak beruang itu,” ujar Hida.
Ia menambahkan bahwa pemburu mengatakan merasa ketakutan sehingga menembak beruang sebagai tindakan darurat untuk membela diri. Klub menyatakan siap bekerja sama dengan penyelidikan.
Sementara itu, perwakilan dari Departemen Pengelolaan Satwa Liar Prefektur Hokkaido menekankan bahwa prosedur yang benar adalah melapor terlebih dahulu ke pemerintah kota atau polisi untuk menentukan langkah penanganan.
“Kalau saja mereka menemukan jejak beruang, sebaiknya tidak didekati,” ujar pejabat tersebut.
Sc : mainichi