Industri game global sedang mengalami pergeseran besar. Kenaikan tarif impor Amerika Serikat serta biaya produksi yang meroket membuat raksasa game seperti Sony dan Microsoft menaikkan harga konsol mereka — langkah yang menurut para analis akan berlangsung lama.
Konsol PlayStation 5 dan Xbox Series X yang diluncurkan sejak 2020 kini dijual dengan harga puluhan dolar lebih mahal di berbagai negara. Padahal, secara umum harga perangkat teknologi biasanya menurun seiring usia produk. Para analis menyebut ini sebagai dampak nyata dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap produk impor dari mitra dagang utama seperti Tiongkok.
Menurut riset Niko Partners, sekitar 75 persen konsol yang dikirim ke AS pada tahun lalu diproduksi di Tiongkok. Microsoft sendiri menaikkan harga secara global untuk “meringankan efek kenaikan harga” di pasar AS, yang terkena langsung oleh tarif Trump.
Sementara itu, Nintendo Switch 2 yang akan rilis 5 Juni 2025 sejauh ini masih lolos dari kenaikan harga besar. Nintendo memindahkan sebagian produksi ke Vietnam sejak 2019, namun negara tersebut juga terancam dikenai tarif tambahan sebesar 46 persen. Jika diterapkan, biaya produksi bisa melonjak ratusan dolar per unit, kata pakar industri Christopher Dring.
Meskipun AS dan Tiongkok menyetujui jeda 90 hari dalam perang tarif, dampaknya terhadap industri game belum bisa dipastikan.
Tak hanya perangkat keras yang makin mahal, harga game juga naik. Game andalan Switch 2, Mario Kart World, diumumkan akan dijual seharga $80 di AS dan hingga €90 di Eropa, menjadi harga termahal untuk game Nintendo. Microsoft juga akan menaikkan harga game eksklusifnya hingga $80, naik $10 dari standar sebelumnya.
Analis memprediksi harga ini akan menjadi standar baru dalam dua tahun ke depan. Di balik kenaikan ini adalah krisis pertumbuhan yang melanda industri game sejak dua tahun terakhir, membuat studio game berupaya mempertahankan profitabilitas mereka.
Kenaikan harga membuat banyak gamer harus lebih selektif. “Saya harus lebih memilih dengan hati-hati,” kata Nassim Amegrissi (18), pelajar di Paris yang memutuskan untuk melewatkan Switch 2. Matthieu Rodolphi (31), seorang polisi, juga menyebut harga sebagai faktor penentu dalam membeli game.
Sebagian gamer beralih ke game dari studio kecil yang lebih murah, seperti Split Fiction dan Clair Obscur: Expedition 33 yang sukses besar. Lainnya memilih berlangganan layanan game seperti Xbox Game Pass atau Nintendo Switch Online, dengan biaya sekitar €15 per bulan untuk akses ke berbagai judul game.
Meski harga melonjak, para ahli menyatakan bahwa harga game sebenarnya lebih murah jika disesuaikan dengan inflasi. Misalnya, harga rilis PlayStation 3 tahun 2007 sebesar €600, jika dihitung dengan inflasi akan lebih dari €700 hari ini.
Namun, biaya produksi game justru naik drastis — hingga tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Konsultan Matthew Ball menyebut jika Grand Theft Auto VI dijual seharga $70, itu akan menjadi game GTA termurah dalam nilai riil, meskipun biayanya jauh lebih mahal dibanding seri sebelumnya. Ball memperkirakan game ini akan menembus harga $100 saat rilis pada Mei 2026.
Dengan kombinasi tekanan tarif dan lonjakan biaya produksi, industri game kini menghadapi tantangan besar — dan konsumen pun ikut merasakan dampaknya.
Sc : japantoday







