Menandai perubahan besar dalam norma perawatan diri tradisional, tren penghilangan bulu tubuh kini semakin populer di kalangan pria Jepang.
Data pasar terbaru menunjukkan bahwa industri ini hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan lima tahun lalu. Menurut Hot Pepper Beauty Academy, lembaga riset milik Recruit Holdings Co., nilai pasar penghilangan bulu pada tahun 2024 diperkirakan mencapai sekitar 63,5 miliar yen (sekitar 436 juta dolar AS). Jumlah ini melonjak dari 37,7 miliar yen pada 2019, sebelum pandemi. Meski sempat turun 8 persen pada 2020, pertumbuhan terus berlanjut setiap tahun sejak 2021.
Menariknya, meskipun pasar untuk perempuan mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, permintaan dari kalangan pria justru meningkat.
Tren ini semakin berkembang sejak masa pandemi COVID-19, meski alasannya beragam. Dalam survei tahun 2021 oleh Men’s TBC, salon kecantikan khusus pria, dari sekitar 20.000 responden, 28,2 persen menyatakan bahwa bercukur adalah hal merepotkan, sementara 13,4 persen mengeluhkan bayangan kebiruan yang tetap terlihat meskipun sudah bercukur.
Menurut juru bicara TBC Group, Takahiro Oyama, banyak klien menjadi lebih sadar akan rambut wajah mereka karena kebiasaan memakai masker. Namun, tren ini tetap bertahan bahkan setelah COVID-19 direklasifikasi sebagai penyakit menular kategori V di Jepang, menandakan ada daya tarik yang lebih dalam.
Oyama menambahkan bahwa semakin banyak pria, terutama generasi muda, yang tertarik untuk merawat diri dan penampilan. “Apa yang dulu dianggap tidak umum kini semakin diterima luas di masyarakat,” jelasnya.
Minat ini juga menarik perhatian akademisi. Tim seminar sosiologi di Universitas Ritsumeikan mengangkat topik ini dalam riset mereka, dipelopori oleh Sawa Yonekura yang pernah mengalami kebangkrutan salon penghilangan bulu yang ia kunjungi. Pengalaman tersebut membuatnya bertanya-tanya mengapa penghilangan bulu dianggap penting untuk menjadi cantik.
Tim mewawancarai 107 pria dan wanita berusia belasan hingga 30-an tahun. Lebih dari separuh responden pernah menjalani penghilangan bulu, dan 30 persen di antaranya adalah pria. Salah satu anggota tim, Tomoyuki Abe, mengaku menjadi lebih sadar akan penampilannya saat mengikuti kelas daring selama pandemi dan melihat wajahnya di layar setiap hari. Kini, ia rutin berswafoto dan menggunakan aplikasi BeReal, yang mendorong keaslian tanpa filter.
Iklan layanan penghilangan bulu kini juga marak di media sosial, dan dalam survei tersebut, 101 dari 107 responden mengaku tertarik mencoba setelah melihat iklan.
Profesor emeritus Universitas Kyoto dan pakar kajian gender, Kimio Ito, mengatakan bahwa generasi muda kini lebih memikirkan citra diri yang mereka inginkan, bukan semata-mata bagaimana masyarakat melihat mereka. “Mereka mulai lepas dari gambaran pria macho tradisional,” ujarnya. “Selain penghilangan bulu, akan ada lebih banyak bentuk ekspresi diri yang beragam di masa depan.”
Sc : asahi