Di balik kotak makan siang yang rapi dan lucu, ada cerita hangat tentang cinta dan perhatian seorang ibu di Jepang. Bento bukan sekadar bekal makan siang—bagi banyak keluarga Jepang, itu adalah simbol kasih sayang yang dikemas dengan telaten setiap pagi.
💖 Bento Sebagai Ungkapan Cinta
Di Jepang, banyak ibu bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan bento anak-anak mereka. Mereka tidak hanya memasukkan nasi dan lauk sembarangan—mereka memperhatikan warna, gizi, bahkan bentuk. Ada yang membentuk onigiri menjadi karakter kartun (kyaraben), atau menghias sayur agar tampak seperti bunga. Tujuannya? Agar anak makan dengan senang hati dan merasa disayang, meski sedang jauh dari rumah.
👩🍳 Tradisi yang Mengandung Nilai
Membuat bento adalah bagian dari pendidikan tidak langsung. Melalui bento, anak-anak belajar pentingnya makan sehat, menghargai makanan, dan mengingat bahwa ada seseorang di rumah yang memikirkan mereka. Tak heran jika banyak anak Jepang membawa pulang kotak bentonya dalam keadaan kosong sebagai tanda menghargai usaha ibunya.
🥲 Bento Bisa Jadi Ajang Kompetisi?
Kadang, para ibu merasa tekanan sosial untuk membuat bento yang ‘cantik’ atau ‘menarik’, apalagi saat anak mulai sekolah. Ada rasa tidak ingin kalah dari ibu-ibu lain. Tapi di sisi lain, ini juga jadi ruang kreativitas dan cara untuk tetap terhubung secara emosional dengan anak.
🌸 Lebih dari Sekadar Makanan
Bento mencerminkan filosofi Jepang: keindahan dalam keseharian, perhatian pada detail, dan cinta yang diwujudkan lewat hal kecil. Bahkan ada pepatah Jepang yang berkata, “Bento ibu adalah rasa rindu yang bisa dimakan.”