Menu

Dark Mode
‘Maji de?’ dan ‘Hontou ni?’: Ungkapan Keheranan dalam Bahasa Jepang Kolaborasi Gundam Wing x KFC Hong Kong Tawarkan Merchandise Eksklusif 🤫 Kenapa Orang Jepang Tidak Ngobrol di Eskalator atau Lift? Jepang Wajibkan Perusahaan Lindungi Karyawan dari Heatstroke, Bisa Kena Denda dan Penjara Perusahaan Jepang Semakin Banyak Pindahkan Kantor Pusat dari Tokyo ke Prefektur Lain Topan Nari Bergerak Dekat Tokyo dan Tohoku, Diperkirakan Mencapai di Hokkaido

Culture

🏮 Asal-usul Festival Obon dan Mitos Kembalinya Arwah Leluhur

badge-check


					Tokyo, Japan - July 29, 2016 : Bon Odori Dancers at the Sugamo Bon Odori Festival in Toshima Ward, Tokyo, Japan. Bon dance, is a style of dancing performed during Obon. Perbesar

Tokyo, Japan - July 29, 2016 : Bon Odori Dancers at the Sugamo Bon Odori Festival in Toshima Ward, Tokyo, Japan. Bon dance, is a style of dancing performed during Obon.

Setiap pertengahan musim panas, Jepang dipenuhi lentera yang menyala, tarian tradisional, dan suasana yang sakral sekaligus meriah. Inilah momen Obon (お盆) — sebuah festival tahunan yang didedikasikan untuk menyambut arwah leluhur yang dipercaya pulang ke dunia untuk beberapa hari.

Meski penuh warna dan tarian, Obon bukan sekadar festival, tapi cerminan rasa hormat yang dalam terhadap nenek moyang dalam budaya Jepang.


👻 Asal Usul Obon: Perpaduan Buddha dan Kepercayaan Lokal

Obon berasal dari kata Sansekerta “Ullambana”, yang berarti “melepaskan penderitaan”. Festival ini diperkenalkan ke Jepang bersamaan dengan ajaran Buddha sekitar abad ke-6 dan sejak itu bercampur dengan kepercayaan lokal Shinto tentang arwah leluhur (kami atau hotoke).

Menurut legenda Buddha, seorang murid Buddha bernama Mokuren melihat ibunya menderita di alam baka. Ia meminta bantuan Buddha dan diberitahu untuk memberikan persembahan kepada para biksu. Setelah melakukannya, ibunya terbebas dari penderitaan, dan Mokuren menari kegirangan — yang menjadi asal mula tarian Bon Odori.


🗓️ Kapan Obon Dirayakan?

Tanggal Obon bisa berbeda-beda tergantung daerah:

  • 13–15 Juli (Tokyo dan sebagian timur Jepang – “Shichigatsu Bon”)

  • 13–15 Agustus (wilayah barat dan sebagian besar Jepang – “Hachigatsu Bon”, yang paling umum)

  • Di Okinawa: sekitar pertengahan Agustus tapi berdasarkan kalender lunar

Selama 3 hari, dipercaya bahwa arwah leluhur kembali ke dunia orang hidup untuk mengunjungi keluarga mereka.


🎐 Tradisi dan Simbol Obon

  1. Mukaebi & Okuribi (Api Penjemput dan Pengantar Arwah)

    • Api kecil atau lentera dinyalakan di depan rumah pada hari pertama untuk menyambut arwah (mukaebi), dan hari terakhir untuk mengantar mereka kembali (okuribi).

  2. Bon Odori

    • Tarian tradisional yang dilakukan bersama-sama di lapangan terbuka, sambil mengenakan yukata. Gerakannya sederhana dan melingkar — simbol suka cita dan penghormatan.

  3. Menaruh Persembahan

    • Keluarga menyiapkan altar kecil dengan makanan, bunga, dupa, dan buah-buahan sebagai tanda penghormatan dan ucapan terima kasih kepada para leluhur.

  4. Toro Nagashi (Lentera Mengapung)

    • Di beberapa daerah, lentera dilarung ke sungai atau laut untuk mengantar arwah kembali ke alam baka dengan damai. Tradisi ini sangat indah dan menyentuh.


🌾 Obon dan Keluarga

Obon juga jadi waktu penting untuk pulang kampung (帰省, kisei) dan berkumpul dengan keluarga. Banyak orang membersihkan makam leluhur, berziarah, dan mengenang mereka dengan tenang.

Ini mirip seperti Hari Raya atau Lebaran di Indonesia, tapi dengan nuansa spiritual yang lebih khusyuk.


Obon adalah festival yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, menjembatani dunia orang hidup dan dunia roh.
Meski penuh tarian dan lampion indah, inti dari Obon adalah rasa hormat kepada leluhur, refleksi atas keberadaan kita, dan pengingat bahwa kita adalah bagian dari mata rantai kehidupan yang lebih panjang.

Di tengah dunia modern, Obon tetap hidup — bukan hanya dalam tradisi, tapi juga dalam hati orang Jepang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

🤫 Kenapa Orang Jepang Tidak Ngobrol di Eskalator atau Lift?

15 July 2025 - 14:30 WIB

🎏 Koinobori: Bendera Ikan untuk Hari Anak Lelaki di Jepang

12 July 2025 - 18:30 WIB

🏡 Engawa: Teras Kayu yang Jadi Batas Antara Dalam dan Luar Rumah

10 July 2025 - 13:30 WIB

🎋 Tanabata: Festival Harapan yang Ditulis di Kertas Warna-Warni

9 July 2025 - 13:30 WIB

🏮 Noren: Tirai Tradisional Jepang yang Punya Banyak Arti

9 July 2025 - 06:23 WIB

Trending on Culture