Keluarga korban kecelakaan pesawat jumbo Japan Airlines pada Selasa (12/8) memperingati 40 tahun tragedi tersebut, kembali menyerukan pentingnya keselamatan penerbangan sambil terus berduka atas kehilangan dalam kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan di dunia.
Para keluarga dan kerabat korban, sebagian membawa bunga dan ditemani anak-anak, mendaki jalur gunung curam sejak pagi menuju lokasi jatuhnya pesawat di Pegunungan Osutaka, barat laut Tokyo.
“Tempat ini adalah pesan tentang pentingnya kehidupan,” kata Kuniko Miyajima (78), tokoh utama dalam asosiasi keluarga korban sejak awal berdirinya, sambil mendaki jalur licin menuju batu nisan putranya, Ken, yang meninggal di usia 9 tahun.
Miyajima menyambut baik kehadiran generasi muda yang ikut berkunjung untuk belajar tentang kecelakaan ini dan berharap demi terciptanya masyarakat yang lebih aman. “Saya ingin menjadikan ini titik awal untuk terus melanjutkan,” ujarnya.
Pendaki mengheningkan cipta di monumen utama di puncak bukit dan melepaskan balon warna-warni ke langit untuk mengenang 520 korban di pesawat JAL Flight 123 pada 12 Agustus 1985.
Presiden JAL, Mitsuko Tottori, juga hadir untuk meletakkan bunga dan berjanji memastikan keselamatan operasi penerbangan, menyebut tragedi 40 tahun lalu sebagai “awal dari keselamatan” bagi perusahaan.
Ziarah peringatan tahunan ke lokasi jatuhnya pesawat setinggi 1.565 meter ini tetap dilaksanakan setiap tahun, bahkan saat pandemi COVID-19, meskipun acaranya diperkecil. Perjalanan mendaki semakin sulit bagi para keluarga seiring bertambahnya usia. Tahun ini, 283 orang dari 82 keluarga berpartisipasi. Sepuluh tahun lalu, pada peringatan ke-30, jumlahnya mencapai rekor 406 orang dari 106 keluarga.
Upacara peringatan juga digelar di kaki gunung di Ueno, Prefektur Gunma. Di dekat monumen peringatan, 520 lilin dinyalakan — satu untuk setiap korban — dan momen hening cipta dilakukan pada pukul 18.56, tepat saat pesawat menghantam gunung.
Penerbangan dari Tokyo ke Osaka ini jatuh hampir 45 menit setelah lepas landas, hanya menyisakan empat orang selamat dari 524 penumpang dan kru. Banyak penumpang adalah warga yang hendak pulang kampung untuk libur musim panas Bon, termasuk penyanyi terkenal Kyu Sakamoto dan puluhan anak-anak, di antaranya Ken Miyajima yang terbang sendirian dari Haneda untuk bertemu kerabat.
Shin Miyajima (53), kakak Ken, mengatakan sulit baginya menggantikan peran sang ibu sebagai advokat kuat bagi keluarga korban dan keselamatan penerbangan, tetapi ia bertekad untuk melanjutkan perjuangan itu. “Saya tidak bisa melakukan hal yang sama, tetapi saya punya rasa tanggung jawab,” ujarnya, menambahkan bahwa generasi baru dapat menjaga ingatan lewat cara seperti media sosial.
Toshiaki Takenaga (60) dari Prefektur Osaka mengunjungi batu nisan baru untuk adiknya, Shuji, yang meninggal di usia 24 tahun. “Kesedihan tidak hilang meski sudah 40 tahun. Saya berharap kecelakaan seperti ini tak pernah terjadi lagi,” katanya.
Laporan investigasi resmi pemerintah Jepang pada 1987 menyimpulkan kecelakaan disebabkan perbaikan yang cacat oleh Boeing Co. pada sekat tekanan bagian belakang pesawat. Sekat tersebut pecah saat penerbangan, menyebabkan ekor vertikal pesawat terlepas dan sistem hidrolik hancur total.
Seiring memudarnya ingatan publik, JAL terus mengedukasi tentang keselamatan lewat pusat peringatan yang memamerkan bagian sekat yang rusak, puing pesawat, serta catatan dan foto pesan terakhir korban. Karyawan JAL juga diwajibkan mengunjungi lokasi kecelakaan saat baru direkrut atau pada momen tertentu dalam karier mereka.
JAL mendapat pujian awal 2024 karena berhasil mengevakuasi ratusan penumpang dari pesawat terbakar yang bertabrakan dengan pesawat Japan Coast Guard di landasan Haneda, meski lima dari enam awak pesawat kecil itu tewas. Namun, beberapa tahun terakhir JAL juga diwarnai skandal terkait konsumsi alkohol pilot sebelum penerbangan.
Menurut dewan investigasi kecelakaan transportasi Jepang, tidak ada penumpang yang meninggal dalam kecelakaan maskapai Jepang yang melayani penerbangan reguler sejak tragedi JAL 123 tahun 1985.
Sc : KN