Musim perburuan lumba-lumba di kota pesisir Taiji, Prefektur Wakayama, resmi dimulai pada Senin (1/9) dengan metode tradisional drive-hunting. Praktik ini sejak lama menuai kritik dari kelompok pecinta hewan di Jepang maupun luar negeri karena dianggap kejam.
Dalam metode tersebut, kapal nelayan milik koperasi lokal menggiring lumba-lumba dan paus kecil ke sebuah teluk sempit untuk kemudian ditangkap atau dibunuh. Pada hari pertama, sekelompok lumba-lumba Risso terlihat sekitar 9 kilometer dari pantai, dan sebanyak 10 ekor berhasil digiring ke teluk.
“Beruntung sekali kami bisa mendapatkan 10 ekor di hari pertama,” ujar Masaki Tsuchiyama (54), ketua koperasi lokal. Menurutnya, setiap lumba-lumba berukuran sekitar 3 meter dan akan dikonsumsi sebagai makanan.
Sementara itu, lebih dari 10 orang menggelar aksi protes dengan membawa spanduk saat kapal nelayan berangkat dari pelabuhan. Polisi tampak berjaga untuk mengawasi jalannya aksi.
Perburuan ini dijadwalkan berlangsung hingga musim semi tahun depan, meski kecaman internasional terus berdatangan terhadap praktik tersebut.
Sc : JT







