Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang (MAFF) pada Kamis (12/9) menyatakan bahwa permintaan beras pokok di Jepang untuk tahun hingga Juni 2026 diperkirakan naik hingga 380.000 ton dibanding estimasi awal. Total permintaan kini diproyeksikan mencapai 7,11 juta ton, setelah memperhitungkan konsumsi dari wisatawan asing (inbound tourists) serta faktor lain.
Tahun lalu, kementerian memperkirakan permintaan hanya 6,73 juta ton, dengan asumsi konsumsi per kapita menurun akibat berkurangnya populasi serta meningkatnya popularitas roti. Namun, perkiraan terbaru yang berada pada kisaran 6,97 juta hingga 7,11 juta ton dihitung menggunakan rata-rata lima tahun berdasarkan survei rumah tangga dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi.
Dari sisi pasokan, produksi beras untuk panen 2025 diprediksi mencapai 7,28 juta hingga 7,45 juta ton, seiring dengan meningkatnya penanaman akibat kekurangan beras. Namun, untuk pertama kalinya, pemerintah juga menghitung faktor rendemen beras (proporsi beras yang tersisa setelah digiling). Hasil akhirnya diperkirakan hanya sekitar 6,45 juta hingga 6,68 juta ton.
Kekurangan besar yang terjadi sejak tahun lalu yang memicu lonjakan harga beras—kemungkinan disebabkan kementerian belum memasukkan potensi penurunan rendemen akibat kerusakan panas (heat damage).
Sc ; mainichi







