Harga rata-rata tanah di Jepang per 1 Juli 2025 naik 1,5 persen dibanding tahun sebelumnya, mencatat pertumbuhan tertajam sejak 1992. Data pemerintah pada Selasa menunjukkan lonjakan ini dipicu oleh permintaan perumahan yang kuat serta meningkatnya pariwisata asing.
Kenaikan harga tanah ini terjadi empat tahun berturut-turut, juga terdorong oleh minat investasi dari luar negeri yang semakin besar akibat lemahnya yen. Harga tanah komersial naik 2,8 persen, seiring banyaknya pembangunan hotel dan toko baru di kawasan perkotaan yang dibanjiri turis asing.
“Permintaan investasi dari orang asing semakin meningkat, terutama untuk apartemen di pusat Tokyo dan area resor di Hokkaido,” kata pejabat dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata.
Harga tanah perumahan naik 1,0 persen, didorong oleh tingginya permintaan hunian di kota besar dan asrama karyawan di kawasan resor. Namun, beberapa daerah mengalami pertumbuhan lambat karena biaya konstruksi yang melonjak.
Furano, dekat area ski Hokkaido yang populer di kalangan investor luar negeri, mencatat kenaikan harga tanah perumahan tertinggi sebesar 27,1 persen. Sementara itu, Chitose—lokasi pabrik semikonduktor Rapidus Corp. di Hokkaido—mencatat lonjakan harga tanah komersial terbesar, yakni 31,4 persen.
Di kawasan metropolitan Tokyo, Osaka, dan Nagoya, harga tanah naik rata-rata 4,3 persen, baik untuk lahan perumahan maupun komersial.
Untuk ketiga tahun berturut-turut, harga tanah di daerah juga meningkat, dengan perumahan naik 0,1 persen dan komersial naik 1,0 persen. Dari 47 prefektur, 20 mencatat kenaikan harga tanah perumahan, bertambah tiga dari tahun lalu, sementara 26 lainnya mengalami penurunan.
Lahan komersial Meidi-ya Ginza di distrik perbelanjaan Ginza, Tokyo, tetap menjadi yang termahal dengan harga 46,9 juta yen (sekitar Rp4,6 miliar) per meter persegi, mempertahankan posisinya selama 20 tahun berturut-turut.
Setelah gelembung aset Jepang pecah pada 1992, harga tanah sempat terus turun, sebelum berbalik naik dalam beberapa tahun terakhir setelah pulih dari krisis keuangan global dan pandemi COVID-19.
Sc ; KN







