Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang (MEXT) melaporkan bahwa pada tahun ajaran 2024, sebanyak 353.970 siswa tercatat menolak bersekolah selama 30 hari atau lebih, menandai kenaikan selama 12 tahun berturut-turut. Angka ini naik 7.488 siswa (2,2%) dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan satu dekade lalu, jumlah siswa SD yang tidak masuk sekolah meningkat 5,5 kali lipat, sedangkan untuk SMP naik 2,2 kali lipat.
Berdasarkan jenjang pendidikan, terdapat 137.704 siswa SD (naik 5,6% dari tahun lalu) dan 216.266 siswa SMP (naik 0,1%). Jumlah tersebut setara dengan 3,9% dari total siswa terdaftar.
Menurut pihak sekolah, alasan paling umum siswa menolak masuk sekolah adalah:
-
Kurang motivasi (30,1%)
-
Kehilangan rutinitas harian (25,0%)
-
Kecemasan atau depresi (24,3%)
-
Kesulitan belajar atau gagal mengumpulkan tugas secara rutin (15,6%)
-
Masalah pertemanan selain perundungan (bullying) (13,2%)
Gangguan rutinitas akibat pandemi COVID-19 diyakini membuat batasan untuk tidak bersekolah menjadi lebih longgar. Selain itu, orang tua kini cenderung lebih menerima keputusan anak untuk istirahat dari sekolah sebagai bentuk pemulihan mental.
Secara keseluruhan, jumlah siswa yang menolak masuk sekolah mencapai 38,6 dari setiap 1.000 siswa, dengan 191.958 siswa (54,2%) tercatat absen selama lebih dari 90 hari.
Sc : nippon








