Menjelang akhir tahun, kalender orang Jepang mulai dipenuhi satu acara yang hampir “wajib”: Bōnenkai (忘年会). Sekilas, ini tampak seperti pesta minum biasa—makan bersama, tertawa, dan minum alkohol hingga larut malam. Namun di balik suasana santainya, Bōnenkai menyimpan makna budaya yang jauh lebih dalam.
Bōnenkai bukan sekadar pesta. Ia adalah ritual sosial untuk menutup tahun dengan hati yang lebih ringan.
Apa Itu Bōnenkai?
Secara harfiah, bōnen berarti “melupakan tahun”, dan kai berarti “pertemuan”. Jadi, Bōnenkai dapat diartikan sebagai acara berkumpul untuk ‘melupakan’ segala hal yang terjadi sepanjang tahun.
Tradisi ini sudah ada sejak zaman Edo, awalnya dilakukan oleh kalangan bangsawan dan seniman, lalu menyebar ke masyarakat luas. Kini, Bōnenkai identik dengan acara kantor, komunitas, hingga lingkar pertemanan.
Kenapa Harus “Melupakan”?
Yang dilupakan dalam Bōnenkai bukanlah ingatan secara harfiah, melainkan:
-
Kegagalan
-
Kesalahan
-
Konflik
-
Tekanan kerja
-
Kekecewaan pribadi
Dalam budaya Jepang yang cenderung menahan emosi dan menjaga keharmonisan, Bōnenkai menjadi ruang sosial yang “diizinkan” untuk bersantai dan melepaskan beban.
Minum Alkohol sebagai Pelumas Sosial
Alkohol punya peran penting dalam Bōnenkai. Dalam konteks ini, minum bukan sekadar hiburan, melainkan alat untuk:
-
Menurunkan jarak hierarki
-
Membuka percakapan yang biasanya sulit diungkapkan
-
Mengurangi rasa canggung antara atasan dan bawahan
Bahkan ada ungkapan tidak resmi di Jepang bahwa “apa yang terjadi di Bōnenkai, tidak dibawa ke kantor keesokan harinya.”
Hierarki yang Melunak, Bukan Hilang
Saat Bōnenkai berlangsung, aturan formal kantor memang terasa longgar. Atasan dan bawahan duduk bersama, tertawa, bahkan saling bercanda. Namun, ini bukan berarti hierarki benar-benar hilang.
Justru, Bōnenkai berfungsi sebagai katup pengaman: ketegangan dilepas agar hubungan kerja tetap sehat di tahun berikutnya.
Tidak Hadir, Tidak Selalu Netral
Meski tidak wajib secara hukum, tidak ikut Bōnenkai bisa dianggap kurang kooperatif, terutama dalam lingkungan kerja yang masih tradisional. Kehadiran sering dipandang sebagai bentuk:
-
Rasa kebersamaan
-
Komitmen terhadap tim
-
Kesediaan menjaga hubungan sosial
Karena itu, banyak orang tetap datang meski hanya sebentar.
Bōnenkai di Jepang Modern
Dalam beberapa tahun terakhir, bentuk Bōnenkai mulai berubah:
-
Versi tanpa alkohol
-
Acara makan siang
-
Bōnenkai online
-
Acara kecil berbasis tim
Perubahan ini mencerminkan generasi muda yang lebih sadar batas pribadi, namun makna menutup tahun bersama tetap dipertahankan.
Bukan Sekadar Pesta, Tapi Transisi
Bōnenkai adalah momen peralihan. Ia menandai bahwa:
-
Tahun lama akan ditutup
-
Beban lama dilepaskan
-
Hubungan sosial “di-reset”
Ini bukan tentang melupakan segalanya, melainkan memberi ruang untuk memulai ulang dengan perasaan lebih ringan.
Bōnenkai mungkin terlihat seperti pesta minum biasa bagi orang luar. Tapi bagi orang Jepang, ia adalah ritual sosial untuk berdamai dengan satu tahun penuh tekanan, lalu melangkah ke tahun baru dengan hubungan yang lebih cair.
Bukan pesta lupa masalah, melainkan budaya melepaskan beban bersama-sama.










