Di berbagai negara, tato adalah bentuk ekspresi seni dan identitas pribadi. Namun, di Jepang, tato masih memiliki stigma yang kuat. Dulu, tato dianggap sebagai tanda kriminal, tetapi kini semakin banyak anak muda Jepang yang mulai mengapresiasi tato sebagai seni tubuh.
Bagaimana sejarah dan evolusi tato di Jepang? Kenapa masih ada tempat yang melarang orang bertato masuk? Mari kita telusuri lebih dalam!
1. Sejarah Tato di Jepang: Dari Simbol Hukuman ke Yakuza
Tato di Jepang memiliki sejarah panjang yang berawal sejak zaman kuno.
πΉ Periode Edo (1603-1868): Tato sebagai Hukuman
Pada zaman Edo, tato digunakan sebagai hukuman bagi para kriminal. Tanda seperti lingkaran di lengan atau garis di wajah diberikan kepada narapidana untuk menunjukkan kejahatan mereka. Karena itu, tato mulai diasosiasikan dengan kejahatan dan aib sosial.
πΉ Kelahiran Irezumi: Tato sebagai Seni Tradisional
Di sisi lain, tato juga berkembang sebagai seni yang disebut irezumi (ε
₯γε’¨). Seniman tato mulai menciptakan desain indah dengan tema legenda, naga, bunga sakura, dan samurai.
πΉ Era Meiji (1868-1912): Tato Dilarang
Pada era Meiji, pemerintah melarang tato karena ingin Jepang terlihat lebih modern di mata dunia. Tato hanya diperbolehkan untuk orang asing, sementara orang Jepang yang memiliki tato sering dikaitkan dengan dunia kriminal.
2. Tato dan Yakuza: Stigma yang Bertahan Lama
Ketika tato dilarang, kelompok kriminal Jepang atau Yakuza justru mengadopsinya sebagai simbol loyalitas dan keberanian.
β οΈ Mengapa Yakuza Bertato?
β Menunjukkan kesetiaan kepada kelompok
β Proses pembuatan yang menyakitkan dianggap sebagai ujian ketahanan
β Simbol status dalam dunia kejahatan
Karena keterkaitan ini, hingga sekarang tato masih dianggap sebagai simbol kriminalitas di Jepang, meskipun banyak yang memilikinya hanya untuk seni dan ekspresi diri.
3. Stigma Tato di Jepang: Dilarang Masuk Onsen dan Kolam Renang
Banyak onsen (pemandian air panas), gym, kolam renang, dan pantai di Jepang melarang orang bertato masuk.
π― Mengapa tato masih dianggap tabu?
β Masih ada ketakutan terhadap hubungan tato dengan Yakuza
β Tato dianggap mengganggu kenyamanan orang lain
β Budaya Jepang sangat menjunjung kesopanan dan keseragaman
Namun, beberapa tempat kini mulai memperbolehkan pengunjung bertato, terutama untuk turis asing. Ada juga stiker penutup tato yang bisa digunakan agar tetap bisa masuk onsen.
4. Generasi Muda dan Perubahan Pandangan terhadap Tato
Saat ini, anak muda Jepang mulai melihat tato sebagai bagian dari seni, bukan hanya kejahatan.
π Faktor yang mempengaruhi perubahan ini:
β Globalisasi dan pengaruh budaya Barat
β Media sosial yang menampilkan tato sebagai bentuk ekspresi diri
β Semakin banyak seniman tato Jepang yang diakui dunia internasional
Banyak selebriti dan influencer Jepang yang mulai menunjukkan tato mereka secara terbuka, meskipun stigma masih ada.
5. Masa Depan Tato di Jepang: Akankah Stigma Berubah?
Meski masih ada larangan tato di beberapa tempat, semakin banyak restoran, hotel, dan gym yang mulai lebih terbuka terhadap orang bertato.
π Tren yang mulai berubah:
β Beberapa onsen kini menerima pengunjung bertato
β Banyak studio tato di Jepang yang berkembang dan menerima klien internasional
β Hukum yang lebih longgar terhadap seniman tato, yang sebelumnya hanya bisa beroperasi jika memiliki lisensi medis
Walaupun stigma tato tidak akan hilang sepenuhnya dalam waktu dekat, Jepang perlahan mulai menerima tato sebagai bagian dari budaya modern.
π Tato di Jepang dulu digunakan sebagai hukuman dan berkembang menjadi seni tradisional (irezumi).
π Hubungan tato dengan Yakuza menyebabkan stigma negatif yang bertahan hingga sekarang.
π Banyak tempat seperti onsen dan gym masih melarang orang bertato masuk.
π Generasi muda Jepang mulai menganggap tato sebagai ekspresi seni dan tidak selalu terkait dengan kriminalitas.
π Perlahan, aturan tentang tato mulai lebih fleksibel, terutama bagi wisatawan dan seniman tato profesional.