Japan Railways Group baru-baru ini melakukan perubahan signifikan pada Seishun 18 Ticket, salah satu tiket kereta populer di Jepang yang menawarkan perjalanan tak terbatas dengan harga terjangkau. Namun, perubahan ini justru membuat tiket ini kehilangan daya tariknya bagi banyak pelancong.
Meskipun periode penggunaan tiket tetap sama—yaitu selama liburan sekolah di musim semi, panas, dan dingin—cara penggunaannya kini dibatasi menjadi lima hari berturut-turut. Sebelumnya, pengguna dapat menggunakan tiket ini secara fleksibel dalam lima hari terpisah selama periode tersebut, yang memungkinkan perjalanan lebih santai.
Selain itu, tiket ini kini menjadi non-transferable, artinya hanya bisa digunakan oleh satu orang dan tidak bisa dibagi dengan orang lain. Sebelumnya, dua orang bisa menggunakan satu tiket dengan masing-masing menggunakan satu hari perjalanan, tetapi sekarang setiap orang harus membeli tiket sendiri.
Perubahan ini sangat mempengaruhi pekerja penuh waktu seperti Masanuki, seorang pengguna setia tiket ini. Ia dulu sering memanfaatkannya untuk perjalanan akhir pekan, tetapi kini sulit baginya untuk mengambil cuti lima hari berturut-turut. Dengan banyaknya pekerja dewasa yang menggunakan tiket ini, penjualan tiket diperkirakan akan menurun drastis.
Sebagai upaya mengurangi dampak perubahan, Japan Rail menawarkan tiket baru dengan durasi tiga hari seharga 10.000 yen, sementara tiket lima hari tetap di harga 12.050 yen. Namun, pilihan ini tetap membatasi fleksibilitas karena pengguna harus mengatur jadwal perjalanan mereka dalam tiga atau lima hari berturut-turut, yang bisa menjadi tantangan bagi banyak orang.
Selain perubahan utama tersebut, sistem validasi tiket juga mengalami perubahan. Sebelumnya, pengguna harus menunjukkan tiket mereka kepada staf di gerbang masuk dan mendapatkan cap stasiun sebagai bukti perjalanan. Cap ini sering dianggap sebagai kenang-kenangan perjalanan, tetapi sekarang sistem ini telah dihapus, membuat tiket terasa lebih hambar dan kurang berkesan bagi para pelancong.
Perubahan ini menuai kritik luas, dan ribuan orang telah menandatangani petisi sejak aturan baru diterapkan pada musim dingin 2024, meminta agar sistem lama dikembalikan. Meski saat ini belum ada tanda-tanda perubahan kebijakan, banyak yang berharap penurunan penjualan tiket akan membuat operator kereta api mempertimbangkan ulang sistem ini di masa depan.
Sebelumnya, tiket ini memungkinkan perjalanan santai dengan rute fleksibel, bahkan bisa digunakan untuk bepergian dari Tokyo ke Tohoku atau hingga Korea menggunakan kapal feri. Kini, dengan pembatasan yang lebih ketat, banyak orang harus mencari alternatif lain untuk perjalanan murah di Jepang.
Sc : JT