Kalau kamu pernah naik kereta di Jepang, kamu mungkin pernah melihat pemandangan ini:
Seseorang duduk di pojok gerbong, tertidur pulas—kadang bahkan dengan mulut terbuka atau kepala nyandar ke penumpang sebelah.
Tapi yang menarik adalah, tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada yang terlihat takut kecopetan. Tidak ada rasa canggung.
Tidur di kereta seperti hal yang lumrah, bahkan dianggap biasa.
Kenapa bisa begitu?
Mari kita bahas alasan di balik fenomena sosial yang satu ini.
💤 1. Budaya Kerja Keras: Lelah Sudah Biasa
Salah satu alasan utama adalah jam kerja panjang di Jepang. Banyak pekerja (terutama di kota besar seperti Tokyo atau Osaka) yang pulang larut malam.
Tidur sebentar di kereta dianggap:
-
Istirahat singkat sebelum tiba di rumah.
-
Waktu tenang setelah hari yang melelahkan.
-
Bahkan kadang disebut sebagai “inemuri” (居眠り), yaitu tidur ringan yang bisa menandakan seseorang bekerja keras sampai kelelahan.
Alih-alih dipandang negatif, inemuri bisa justru menunjukkan dedikasi seseorang terhadap pekerjaannya.
🚆 2. Transportasi yang Aman dan Terjadwal
Kereta di Jepang terkenal:
-
Tepat waktu
-
Aman
-
Bersih
Kondisi ini membuat penumpang merasa nyaman dan percaya diri untuk memejamkan mata sejenak, tanpa rasa khawatir akan kehilangan barang atau melewati stasiun tujuan—karena mereka sudah terbiasa dengan waktu tempuh harian mereka.
👜 3. Rendahnya Tingkat Kriminalitas di Jepang
Salah satu alasan utama orang bisa tidur dengan tenang di ruang publik adalah karena tingkat kejahatan yang sangat rendah.
-
Pencopetan jarang terjadi.
-
Barang hilang sering ditemukan dan dikembalikan.
-
Polisi dan pengawasan publik cukup aktif.
Rasa aman inilah yang membuat banyak orang percaya bahwa tidur di kereta bukanlah hal yang berisiko.
👥 4. Norma Sosial yang Mengutamakan Ketertiban
Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi kesopanan dan saling menghormati.
Bahkan jika seseorang tertidur dan tak sengaja bersandar ke bahu orang lain, biasanya tidak akan langsung ditegur secara keras.
Masyarakat Jepang cenderung menghindari konfrontasi, sehingga “tidur di kereta” menjadi norma sosial yang ditoleransi selama tidak mengganggu.
🧠 5. Kondisi Sosial: Hidup Padat, Rumah Kecil
Banyak orang tinggal di apartemen kecil, pulang malam, dan bangun pagi.
Kereta menjadi satu-satunya tempat di mana mereka bisa menikmati waktu tenang untuk diri sendiri, meski hanya beberapa menit.
Tidur di kereta bukan hanya soal kelelahan, tapi juga:
-
Cerminan budaya kerja keras.
-
Bukti sistem transportasi yang tertib dan aman.
-
Tanda kepercayaan terhadap masyarakat sekitar.
Di negara lain, mungkin tidur di kereta berarti lengah.
Tapi di Jepang, itu bisa berarti: “Aku lelah, tapi aku percaya pada dunia di sekitarku.”










