Tokyo tengah mempertimbangkan untuk mengekspor kapal perusak bekas milik Pasukan Bela Diri Maritim (Maritime Self-Defense Force) ke negara-negara Asia Tenggara, menurut sumber pemerintah pada Rabu (14/8). Langkah ini bertujuan memperkuat kerja sama keamanan dengan negara-negara di kawasan yang memiliki jalur laut strategis.
Salah satu rencana yang dikaji adalah mengirim kapal kelas Abukuma ke Filipina, setelah pembahasan dalam pertemuan menteri pertahanan kedua negara di Singapura pada Juni lalu. Selain Filipina, Indonesia dan Vietnam juga disebut sebagai calon penerima potensial.
Meski Konstitusi Jepang yang anti-perang membatasi ekspor senjata mematikan, pemerintah pada tahun lalu melonggarkan aturan transfer peralatan pertahanan ke luar negeri. Pelonggaran ini memungkinkan ekspor senjata mematikan jika dikembangkan atau diproduksi bersama negara lain salah satunya untuk memuluskan rencana penjualan jet tempur generasi baru yang sedang dikembangkan bersama Inggris dan Italia.
Jika rencana ekspor kapal ini berjalan, pemerintah berencana mengklasifikasikan kapal perusak tersebut sebagai “produk hasil pengembangan bersama” dengan melakukan perubahan spesifikasi. Langkah ini berpotensi memicu perdebatan.
Enam kapal perusak kelas Abukuma dibangun antara 1989 hingga 1993 dan semuanya dijadwalkan pensiun, digantikan kapal baru yang bisa dioperasikan dengan kru lebih sedikit. Hal ini dilakukan karena Pasukan Bela Diri Maritim menghadapi kekurangan personel.
Dalam program penguatan pertahanan yang disusun 2022, pemerintah Jepang menargetkan untuk memensiunkan kapal yang sudah lama beroperasi dan terbatas kemampuannya, serta mempertimbangkan untuk memindahkannya ke “negara-negara dengan pandangan sejalan.”
Jepang dan Indonesia pada Januari lalu sepakat membentuk badan konsultasi tingkat kerja untuk memperkuat keamanan maritim, sementara dengan Vietnam, Tokyo telah mempromosikan pertukaran pertahanan termasuk pemberian kendaraan angkut bekas.
Sementara itu, Jepang dan Filipina — yang sama-sama sekutu AS — kian mempererat kerja sama keamanan, di tengah kekhawatiran bersama atas langkah maritim Tiongkok yang semakin agresif di Laut Cina Timur dan Selatan.
Sc : JT