Kementerian Pertanian Jepang melaporkan pada Senin bahwa harga rata-rata beras yang dijual di sekitar 1.000 supermarket di seluruh Jepang mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terakhir, tepatnya selama pekan yang berakhir pada 25 Mei.
Harga rata-rata tersebut turun sebesar ¥25, menjadi ¥4.260 (sekitar Rp440.000) per 5 kilogram. Penurunan ini diduga karena beras cadangan pemerintah mulai lebih luas tersedia di toko-toko.
Namun, laju distribusi beras cadangan ini masih tergolong lambat.
Meski demikian, harga rata-rata saat ini masih dua kali lipat lebih mahal dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah sebelumnya telah menjual total 310.000 ton beras cadangan melalui sistem lelang antara bulan Maret hingga April. Beras cadangan ini biasanya dicampur dengan beras lain sebelum dijual di toko. Menurut kementerian, proporsi beras campuran mencapai 36% dari total penjualan beras pada minggu yang berakhir 25 Mei—naik 2 poin persentase dari minggu sebelumnya.
Ada harapan bahwa peningkatan proporsi beras campuran ini bisa membantu menurunkan harga beras yang melonjak.
Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi kini mengganti metode penjualan dari sistem lelang menjadi kontrak penjualan langsung (tanpa kompetisi). Beberapa beras cadangan yang dijual dengan sistem baru ini sudah mulai tersedia di toko dan banyak yang langsung habis terjual.
Harga untuk beras dalam sistem ini berada di sekitar ¥2.000 per 5 kg—sesuai target harga yang ditetapkan oleh Koizumi.
Apakah harga beras secara keseluruhan akan terus menurun atau tidak, bergantung pada seberapa luas distribusi beras cadangan melalui sistem kontrak langsung ini.
Menurut data terbaru kementerian, harga eceran beras termurah per prefektur tercatat di Hokkaido dengan ¥2.980 per 5 kg (belum termasuk pajak), sedangkan prefektur dengan harga termahal adalah Wakayama dengan ¥4.480 per 5 kg.
Sc: japantimes