Ibu dari Tetsuya Yamagami—pria yang diadili atas pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada 2022—meminta maaf pada Kamis atas tindakan putranya, sambil tetap mempertahankan bahwa donasi besar yang ia berikan kepada Gereja Unification dilakukan “demi keluarga.”
Dalam sidang ketujuh di Pengadilan Distrik Nara, sang ibu dengan suara bergetar berkata,
“Saya sangat menyesal anak kedua saya, Tetsuya, melakukan kejahatan mengerikan. Saya tulus meminta maaf kepada seluruh masyarakat negara ini.”
Fokus persidangan kini adalah apakah Yamagami akan mendapat keringanan hukuman, karena pihak pembela berargumen bahwa kepribadian dan tindakannya dipengaruhi masa kecil yang penuh religious abuse akibat ajaran Gereja Unification.
Kesaksian Ibu: Donasi Besar, Tekanan Keluarga, dan Kehidupan yang Runtuh
Ibu Yamagami, yang hadir sebagai saksi pembela dengan wajah tertutup partisi, mengakui masih menjadi pengikut gereja tersebut. Ia mengatakan mulai mengikuti kegiatan gereja karena merasa “hatinya menjadi lebih bersih dan ia menjadi lebih baik pada keluarga.”
Ia menjelaskan bahwa saat itu suaminya sakit dan mengalami kecanduan alkohol. Setelah suaminya bunuh diri dan anak pertamanya menjalani operasi besar, ia semakin terlibat dalam kegiatan gereja dan melakukan donasi besar.
Dalam kesaksiannya, ia mengungkap:
-
Ia bergabung pada Agustus 1991, dan pada Maret 1992 telah mendonasikan 50 juta yen dari asuransi jiwa suaminya.
-
Ia juga membeli barang-barang “keagamaan” seperti vas dan lukisan.
-
Tanpa sepengetahuan anak-anaknya, ia menyumbangkan total 100 juta yen selama tujuh tahun, lalu akhirnya bangkrut.
Akibat tekanan finansial dan keluarga yang terus memburuk, Yamagami mencoba bunuh diri pada usia 24 tahun untuk meninggalkan uang asuransi bagi saudara-saudaranya. Kakaknya, yang juga menyimpan dendam terhadap praktik donasi ibunya, bunuh diri pada tahun 2015.
Motif Yamagami: Dendam pada Gereja, Target ke Politisi
Pihak pembela menegaskan bahwa donasi ibunya telah menghancurkan kehidupan keluarga, sehingga Yamagami membangun “dendam yang sangat kuat” terhadap Gereja Unification.
Tidak mampu menyerang pemimpin gereja secara langsung, Yamagami akhirnya mengarahkan amarahnya pada seorang politisi yang ia anggap dekat dengan organisasi tersebut.
Dalam penyelidikan, Yamagami mengatakan ia menargetkan Abe karena:
-
Abe mendukung kelompok yang terkait gereja
-
Kakek Abe, Nobusuke Kishi, disebut-sebut berperan membawa Gereja Unification ke Jepang pada 1950-an
Sebelum kesaksian ibu Yamagami, jaksa membacakan pernyataan istri mendiang Abe, Akie Abe, yang tidak hadir di persidangan.
Ia menulis:
“Pada peringatan satu tahun kepergiannya, saya tidak bisa berhenti menangis karena berpikir, ‘Mengapa dia tidak ada di sini?’ Saya masih belum bisa melampaui kesedihan ini.”
Shinzo Abe ditembak dengan senapan rakitan pada 8 Juli 2022 saat berkampanye di Nara. Ia berusia 67 tahun. Abe adalah perdana menteri terlama dalam sejarah Jepang dan tetap berpengaruh meski mundur pada 2020.
Sc : KN







