Pemerintah Jepang akan mencantumkan pentingnya pengembangan kecerdasan buatan (AI) dalam negeri dalam strategi nasional yang akan datang, menurut sumber resmi pada Minggu (5/10). Langkah ini diambil untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada AI asing yang dapat memengaruhi keamanan nasional.
Dalam rancangan rencana dasar AI Jepang yang sedang disusun, pemerintah diperkirakan akan menyoroti perlunya meningkatkan kesejahteraan dan gaji bagi para profesional AI, serta mengembangkan chip canggih dan superkomputer generasi berikutnya, menurut sumber tersebut.
Di tengah persaingan teknologi tinggi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta ketatnya kompetisi sektor swasta dalam pengembangan model AI baru, Jepang dinilai tertinggal dalam hal pengembangan dan pemanfaatan AI.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyatakan bahwa kemajuan AI memiliki dampak langsung terhadap keamanan nasional, dan Jepang perlu “mengejar ketertinggalan serta membalikkan keadaan.”
Pemerintah telah mengadakan pertemuan pertama gugus tugas strategi AI pada September, dengan tujuan menyusun rencana dasar sebelum akhir tahun. Garis besar rencana itu kemungkinan akan diumumkan akhir bulan ini, dan diperkirakan akan menegaskan bahwa Jepang “tidak boleh terlalu bergantung pada pemain asing untuk AI yang menentukan kekuatan nasional.”
Untuk mendorong pengembangan AI lokal, pemerintah berencana meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan para peneliti serta insinyur, baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, akan dilakukan kolaborasi yang lebih erat antara universitas, lembaga penelitian, dan sektor industri di dalam maupun luar negeri guna memperkaya keahlian dan inovasi.
Jepang juga akan mempercepat pengembangan superkomputer unggulan baru yang akan menggantikan Fugaku — superkomputer yang dikembangkan lembaga penelitian negara Riken — untuk mendukung penelitian AI yang membutuhkan kapasitas komputasi besar dan kecepatan tinggi.
Rencana tersebut juga akan menyoroti risiko keamanan nasional akibat kemajuan AI, termasuk penyebaran disinformasi, serangan siber, serta potensi penyalahgunaan teknologi. Pemerintah berkomitmen untuk mengatasi risiko tersebut sambil tetap mendorong inovasi, dengan tujuan menjadikan Jepang “negara paling ramah di dunia untuk pengembangan dan pemanfaatan AI.”
Meskipun beberapa perusahaan Jepang telah mengembangkan AI sendiri, negara itu masih tertinggal dibanding pemain besar seperti OpenAI (AS) dan DeepSeek (Tiongkok).
Menurut data pemerintah, hanya 27% warga Jepang yang menggunakan AI generatif pada tahun fiskal 2024, jauh di bawah 69% di Amerika Serikat dan 81% di Tiongkok.
Sc : KN