Saat berjalan di Jepang—terutama di daerah pemukiman lama, pinggiran kota, atau pedesaan—kita sering menemukan patung kecil berjubah merah yang berdiri tenang di pinggir jalan. Patung ini dikenal sebagai Jizō-sama, sosok yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari orang Jepang.
Bagi masyarakat Jepang, Jizō bukan sekadar patung batu. Ia dipercaya sebagai pelindung anak-anak, penjaga orang yang bepergian, dan pembimbing arwah, hadir diam-diam di ruang publik tanpa perlu disadari.
Siapa Jizō-sama?
Jizō-sama berasal dari figur Buddha Kṣitigarbha dalam ajaran Buddha Mahayana. Di Jepang, Jizō dikenal sebagai bodhisattva yang bersumpah untuk terus membantu makhluk hidup sebelum mencapai pencerahan sempurna.
Karena sifat welas asihnya, Jizō dipandang lebih “membumi” dibanding figur Buddha lain. Ia tidak hanya berada di dalam kuil besar, tetapi juga di jalan kecil, sudut desa, dan lingkungan tempat orang tinggal.
Mengapa Jizō Banyak Ditempatkan di Pinggir Jalan?
Dalam kepercayaan tradisional Jepang, jalan dan persimpangan dianggap sebagai tempat yang rawan—batas antara ruang aman dan ruang yang penuh ketidakpastian. Karena itu, Jizō sering ditempatkan di:
-
Persimpangan jalan
-
Tepi gang dan jalan desa
-
Jalur pegunungan
-
Sekitar pemukiman dan sekolah
Keberadaannya dipercaya memberi perlindungan bagi orang yang sedang berjalan atau bepergian, serta mencegah hal-hal buruk terjadi di tempat tersebut.
Pelindung Anak-Anak dan Arwah yang Meninggal Terlalu Dini
Peran Jizō yang paling dikenal adalah sebagai pelindung anak-anak, termasuk bayi dan anak kecil yang meninggal sebelum dewasa.
Dalam kepercayaan rakyat Jepang, arwah anak-anak ini belum sepenuhnya siap melanjutkan perjalanan setelah kematian. Jizō dipercaya menjaga dan menenangkan mereka, serta membantu agar mereka tidak tersesat.
Karena itulah banyak patung Jizō yang dipakaikan topi rajut, celemek, atau baju kecil, sebagai simbol doa dan kasih sayang dari keluarga yang ditinggalkan.
Makna Pakaian Merah pada Jizō
Warna merah pada pakaian Jizō bukan hiasan semata. Dalam budaya Jepang, merah dipercaya memiliki makna:
-
Menolak penyakit dan kesialan
-
Melindungi dari pengaruh buruk
-
Melambangkan kekuatan hidup
Memberi pakaian pada patung Jizō juga dianggap sebagai bentuk perhatian, bukan ritual formal yang kaku.
Jizō dalam Kehidupan Jepang Saat Ini
Meski Jepang sangat modern, patung Jizō tetap mudah ditemukan:
-
Di dekat sekolah dasar
-
Di lingkungan perumahan lama
-
Di pemakaman
-
Di jalur pejalan kaki
Banyak orang yang lewat akan berhenti sejenak, membungkuk ringan, atau membersihkan patungnya—tindakan kecil yang dilakukan tanpa banyak kata.
Makna Jizō bagi Orang Jepang
Jizō-sama mencerminkan sisi lembut dari budaya Jepang: perhatian pada yang lemah, penghormatan pada yang telah tiada, dan kepedulian pada keselamatan orang lain.
Ia bukan simbol keajaiban besar, tetapi rasa aman yang tenang, hadir di tempat-tempat yang sering dilewati tanpa disadari.
Jizō-sama mengajarkan bahwa dalam budaya Jepang, perlindungan dan empati tidak selalu diwujudkan dengan hal besar. Terkadang, ia hadir sebagai patung kecil di pinggir jalan—diam, sederhana, dan setia menemani kehidupan sehari-hari.










