Perusahaan di balik taman petualangan alam terbaru di Pulau Okinawa, Jepang, berharap pada lonjakan besar pariwisata negara tersebut untuk memberikan awal yang kuat bagi proyek ambisius ini, dan dalam jangka panjang, mendorong ekspansinya ke pasar Asia dan internasional lainnya.
Taman bernama Junglia ini akan dibuka pada 25 Juli 2025, berdiri di atas lahan bekas lapangan golf seluas 60 hektar, dan menawarkan lebih dari 20 wahana, mulai dari naik balon udara, berkendara buggy, jalan kaki di atas pohon, hingga wahana “Dinosaur Safari”.
Dengan biaya pembangunan sekitar 70 miliar yen, Junglia merupakan proyek dari Tsuyoshi Morioka, CEO perusahaan hiburan Katana. Morioka adalah sosok di balik kebangkitan Universal Studios Japan (USJ) di Osaka, yang sukses berkat penambahan atraksi bertema Harry Potter.
Jepang saat ini tengah menikmati lonjakan pariwisata terbesar dalam sejarahnya, didorong oleh pelemahan yen. Jumlah wisatawan asing mencapai rekor 36,9 juta orang pada tahun lalu, naik 47%, sementara pengeluaran mereka meningkat 53% menjadi 8,1 triliun yen. Pariwisata kini menjadi sektor ekspor terbesar kedua Jepang setelah industri otomotif.
Warga Jepang juga dikenal mencintai taman hiburan. Meski taman-taman seperti Tokyo Disneyland dan USJ sukses besar, banyak taman hiburan lainnya yang gagal bertahan.
Yu Shioji, ketua Amusement Park Society of Japan, skeptis terhadap masa depan Junglia, menilai harga tiket yang cukup tinggi (6.930 yen untuk penduduk lokal dan 8.800 yen untuk wisatawan asing) bisa menjadi penghalang, terlebih dengan banyaknya taman petualangan alam lain di Jepang.
Namun Morioka tetap optimis, menyebut bahwa secara matematis, Junglia memiliki peluang sukses lebih dari 70%. Ia memperkirakan ribuan pengunjung per hari, dan mengatakan taman ini bisa menghasilkan keuntungan bahkan jika hanya menarik setengah dari jumlah pengunjung Akuarium Churaumi Okinawa yang mencapai sekitar 3 juta orang per tahun.
Menurut Morioka, permintaan akan taman hiburan dan layanan wisata premium di Jepang akan terus tumbuh seiring meningkatnya pendapatan masyarakat di negara-negara Asia.
“Yen yang lemah adalah angin yang mendukung, tapi keinginan orang untuk datang ke Jepang akan terus meningkat secara struktural, tak hanya karena kurs mata uang,” katanya.
Pemerintah Jepang sendiri menargetkan 60 juta wisatawan asing per tahun pada 2030.
Jika Junglia berhasil, Morioka berharap bisa mengembangkan taman hiburan berskala lebih kecil — di bawah 100 miliar yen — yang bisa direplikasi dengan mudah di pasar Asia lain seperti Taiwan dan Indonesia.
Ia juga mempertimbangkan untuk mendaftarkan Katana ke bursa saham demi mendanai ekspansi, dan menyebut bahwa taman hiburan bertema anime Jepang memiliki potensi besar, jika ia bisa mendapatkan lisensi dari pemilik hak cipta.
“Saya ingin menciptakan pilihan ketiga selain Disney dan Universal di kota-kota besar dunia — kekuatan ketiga dari Jepang yang mengisi celah yang tidak bisa mereka jangkau,” kata Morioka.
Sc : JT