Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Minggu menyatakan niatnya untuk mundur, kurang dari setahun setelah menjabat, dalam langkah mengejutkan yang muncul sehari sebelum Partai Demokrat Liberal (LDP) memutuskan apakah akan menggelar pemilihan presiden mendadak.
Dalam konferensi pers, Ishiba menyebut bahwa pemerintahannya telah mencapai “titik pencapaian” dalam negosiasi tarif dengan Amerika Serikat sebagai salah satu alasan pengunduran dirinya. Ia juga mengaku bertanggung jawab atas kemunduran LDP dalam pemilihan anggota majelis tinggi pada Juli lalu.
Keputusan itu diambil setelah Ishiba mengadakan pembicaraan Sabtu malam bersama mantan Perdana Menteri Yoshihide Suga dan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi, dua sosok yang dekat dengannya. Keduanya diyakini mendorong Ishiba untuk mundur demi mencegah perpecahan internal di LDP.
Menurut sumber terdekatnya, Ishiba yang menjabat sejak Oktober 2024 sempat berupaya menggagalkan rencana pemilihan presiden partai dengan mengancam akan membubarkan majelis rendah dan menggelar pemilu cepat—sikap yang memicu penolakan luas di dalam LDP.
Meski jajak pendapat media menunjukkan lebih dari 50 persen publik menilai pengunduran dirinya tidak perlu, tekanan dari internal LDP untuk segera menggelar pemilihan presiden membuatnya akhirnya memilih mundur.
LDP awalnya berencana mengumpulkan tanda tangan anggota parlemen pada Senin guna menentukan apakah pemilihan presiden perlu dipercepat dari jadwal 2027. Namun rencana itu dibatalkan setelah Ishiba menyatakan mundur, kata seorang pejabat senior partai.
Kritik terhadap Ishiba semakin tajam dalam beberapa hari terakhir, bahkan dari sekutunya sendiri, setelah sebelumnya ia berjanji akan tetap bertahan. Suga, yang sempat menjabat perdana menteri sekitar setahun sejak 2020, khawatir kontestasi kepemimpinan bisa memperdalam perpecahan partai.
Pada Jumat lalu, Menteri Kehakiman Keisuke Suzuki juga menyerukan pemilihan presiden partai, menjadi anggota kabinet pertama yang secara terbuka menantang Ishiba. Suzuki menulis di blog bahwa partai perlu bersatu kembali untuk meraih kepercayaan publik. Ia berasal dari faksi mantan PM Taro Aso, yang juga mendesak pemilihan kepemimpinan baru.
Suga dan Aso masih menjadi “kingmaker” berpengaruh di dalam partai. Suga kini menjabat wakil presiden LDP, sementara Aso adalah penasihat tertinggi partai.
Padahal pada Selasa sebelumnya, Ishiba menyatakan akan menentukan masa depan politiknya “pada waktu yang tepat” dan menegaskan niat bertahan demi menjalankan kebijakan pemerintahannya, meski seorang ajudan dekatnya siap mundur dari jabatan kunci di partai.
LDP sendiri belum pernah menggelar pemilihan presiden di tengah masa jabatan karena desakan mayoritas anggota partai.
Ishiba memenangkan kursi presiden LDP pada percobaan kelimanya. Namun, koalisi pemerintahannya kehilangan mayoritas di majelis rendah dalam pemilu Oktober 2024, dan kembali kehilangan mayoritas di majelis tinggi pada Juli 2025.
Laporan evaluasi pemilu LDP yang dirilis baru-baru ini menyebut skandal dana politik sebagai penyebab utama kekalahan partai. Beberapa faksi, termasuk yang dahulu dipimpin mendiang Shinzo Abe, diketahui gagal melaporkan sebagian pemasukan dari acara penggalangan dana dan diduga membuat dana gelap.
Banyak anggota parlemen yang menekan Ishiba untuk mundur merupakan politisi yang dekat dengan Abe, mantan perdana menteri berpengaruh yang terbunuh pada 2022 saat berkampanye.
Sc : KN
