Badan Kepolisian Nasional Jepang mencatat 2.520 orang hilang akibat gempa bumi dan tsunami 2011. Enam jenazah tak dikenal yang ditemukan di Prefektur Miyagi diduga termasuk empat awak kapal Indonesia dari kapal Daisan Kuni Maru yang hilang saat tsunami. Keluarga awak kapal, termasuk Tony Setiawan, menolak melaporkan mereka sebagai orang hilang, berharap mereka masih hidup. Upaya identifikasi jenazah ini terhambat karena tidak adanya laporan resmi dari keluarga.
Tony Setiawan, salah satu awak kapal, seharusnya pulang ke Indonesia pada 10 Maret 2011, tetapi menunda penerbangannya untuk menemani teman. Keesokan harinya, tsunami menghantam kapal mereka. Keluarga Tony di Jawa Tengah menolak mengadakan pemakaman atau membuat makam, karena masih berharap Tony akan kembali. Mereka juga enggan mengambil langkah resmi yang mungkin mengonfirmasi kematiannya.
Tim penyelidikan Jepang berusaha mengidentifikasi jenazah menggunakan foto dan tes DNA. Mereka telah membuat sketsa wajah berdasarkan tengkorak jenazah yang ditemukan, dan sketsa tersebut sangat mirip dengan foto Tony. Namun, proses ini terhambat karena keluarga awak kapal tidak pernah melaporkan mereka sebagai orang hilang.
Selama 14 tahun, keluarga Tony berpegang pada harapan bahwa dia masih hidup. Meski demikian, ibu Tony, Nur Hidayati, menyatakan kesediaannya untuk memberikan sampel DNA jika itu bisa membawa pulang jenazah anaknya. “Bahkan jika hanya tulang belulang, jika itu adalah anak saya, saya ingin dia pulang,” katanya.
Upaya identifikasi ini menjadi harapan baru bagi keluarga korban untuk menemukan kejelasan nasib orang yang mereka cintai. Meskipun prosesnya panjang dan penuh tantangan, tim penyelidikan Jepang berkomitmen untuk terus mencari jawaban selama ada kemungkinan identifikasi.
Sc : asahi