Nagasaki pada Sabtu (9/8) memperingati 80 tahun serangan bom atom oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia II, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan risiko perang nuklir yang selama ini berusaha dicegah oleh para penyintas.
Dalam upacara peringatan serangan yang terjadi tiga hari setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Wali Kota Shiro Suzuki dijadwalkan menyerukan gencatan senjata segera di berbagai konflik dunia, sekaligus menghormati upaya para penyintas bom atom yang telah bekerja tanpa lelah untuk mempromosikan perdamaian.
Tepat pukul 11.02 siang, akan dilakukan hening cipta untuk mengenang saat bom plutonium berkode “Fat Man” dijatuhkan oleh pesawat pembom AS dan meledak di atas Nagasaki. Kota ini tetap menjadi lokasi terakhir yang mengalami serangan nuklir dalam sejarah.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba juga dijadwalkan memberikan sambutan dalam upacara tersebut, sementara pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan dibacakan di hadapan para hadirin.
Peringatan tahun ini berlangsung setelah Nihon Hidankyo, kelompok utama penyintas bom atom di Jepang, meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu atas kontribusinya mewujudkan dunia bebas senjata nuklir melalui kesaksian langsung para korban.
Namun, apa yang disebut “tabu nuklir” yang dibangun oleh para penyintas kini terancam memudar akibat ancaman penggunaan senjata nuklir dalam perang Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, serta meningkatnya ketergantungan pada strategi penangkalan nuklir.
Pemerintah Kota Nagasaki memperkirakan perwakilan dari 95 negara dan wilayah akan menghadiri upacara tahun ini. Tahun lalu, jumlah peserta mencapai rekor 100 negara dan wilayah, namun diwarnai kontroversi ketika Israel tidak diundang akibat konflik di Gaza, yang memicu duta besar Amerika Serikat dan negara-negara G7 lainnya untuk tidak hadir. Tahun ini, kota tersebut memilih pendekatan lebih inklusif dengan mengundang semua negara yang memiliki misi diplomatik di Jepang.
Serangan bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 diyakini telah menewaskan sekitar 74.000 orang hingga akhir tahun tersebut, serta meninggalkan banyak korban lainnya yang menderita akibat dampaknya. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, mengakhiri Perang Dunia II.
Jumlah gabungan penyintas resmi dari dua serangan bom atom tersebut, yang dikenal sebagai hibakusha, tercatat sebanyak 99.130 orang per Maret tahun ini — pertama kalinya jumlahnya berada di bawah 100.000. Rata-rata usia mereka kini lebih dari 86 tahun.