Polisi Tokyo pada Kamis mengumumkan tindakan disipliner terhadap 19 pejabat tinggi terkait penangkapan dan penuntutan salah terhadap tiga pria pada tahun 2020 dalam kasus dugaan ekspor ilegal peralatan sensitif.
Dalam permintaan maaf publik yang langka, Kepala Kepolisian Metropolitan Yuji Sakoda mengakui kegagalan departemennya dan mengatakan insiden tersebut menyebabkan “stres dan beban besar” bagi presiden perusahaan pembuat mesin Ohkawara Kakohki Co. serta dua pria lainnya.
Departemen Kepolisian Metropolitan juga merilis laporan tinjauan yang menyimpulkan bahwa gangguan dalam rantai komando penyelidikan menyebabkan penangkapan yang salah tersebut.
Kantor Kejaksaan Agung juga merilis tinjauan pada Kamis yang mengakui kegagalannya untuk memeriksa bukti yang bisa membuktikan ketidakbersalahan ketiga pria itu secara menyeluruh.
Mereka juga menyatakan bahwa para jaksa “harus menyesali dengan dalam” karena permohonan jaminan bisa saja ditangani secara lebih fleksibel, mengingat salah satu dari yang ditangkap meninggal dunia akibat kanker paru-paru saat dalam tahanan.
Presiden perusahaan Masaaki Okawara (76) dan dua pria lainnya ditangkap dan didakwa antara Maret dan Juni 2020 atas dugaan ekspor ilegal alat pengering semprot yang dapat digunakan untuk memproduksi agen biologis. Namun, jaksa membatalkan dakwaan tersebut pada Juli 2021.
Pada Mei tahun ini, Pengadilan Tinggi Tokyo memutuskan bahwa penangkapan dan dakwaan tersebut tidak sah dan memerintahkan pemerintah Tokyo serta negara untuk memberikan kompensasi kepada ketiga pria tersebut. Setelah putusan tersebut final, perwakilan polisi dan jaksa mengunjungi perusahaan untuk meminta maaf.
Okawara mengatakan dalam konferensi pers di Tokyo bahwa dia merasa hasil tinjauan tersebut “tidak sedetail yang saya harapkan.”
Di antara 19 pejabat yang dikenai teguran ada beberapa mantan pejabat seperti Yasuo Niimi, mantan kepala biro keamanan publik kepolisian Tokyo, dan penerusnya Tomohisa Kondo. Walaupun mereka tidak bisa dijatuhi hukuman formal, nama mereka tetap disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Laporan polisi menyebut bahwa seorang komandan lapangan berpengalaman lebih mengutamakan membangun kasus terhadap para terdakwa dan mengabaikan bukti yang menunjukkan ketidakbersalahan mereka, menciptakan suasana yang membuat bawahan sulit untuk mengajukan keberatan.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa seorang kepala seksi gagal mengenali kurangnya komunikasi dan perselisihan dalam tim penyelidikan. Kepala seksi ini juga lalai dalam mengawasi tim, termasuk komandan lapangan, dan tidak memastikan pelaporan yang tepat kepada kepala biro.
Akibatnya, informasi yang kontradiktif jarang disampaikan kepada kepala biro, dan pengawasan yang berarti tidak dilakukan, kata laporan itu.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, polisi akan mengadakan rapat penyelidikan yang dipimpin oleh kepala biro untuk kasus-kasus penting, di mana anggota diwajibkan melaporkan semua informasi, termasuk detail yang kurang menguntungkan bagi penuntutan.
Badan Kepolisian Nasional juga berencana menginstruksikan kepolisian di seluruh negeri agar meningkatkan transparansi dalam penyelidikan terkait dugaan ekspor ilegal peralatan sensitif dengan merekam audio dan video selama interogasi, demikian laporan tersebut.
Sc : mainichi