Sagawa Express Co., salah satu perusahaan jasa pengiriman terbesar di Jepang, terpaksa menghentikan sementara layanan pengambilan paket di sejumlah wilayah pada Kamis setelah volume barang melonjak tajam imbas penjualan Black Friday.
Ini menjadi pertama kalinya Sagawa mengambil langkah penghentian seluas itu. Wilayah yang terdampak mencakup sebagian area di Honshu dan Shikoku, dua dari empat pulau utama Jepang. Perusahaan mengatakan layanan diperkirakan kembali normal pada Jumat.
Black Friday—tradisi belanja besar-besaran yang populer di Amerika Serikat setelah Thanksgiving—mulai masuk ke Jepang sejak 2016 dan semakin booming dalam beberapa tahun terakhir. Dengan platform seperti Amazon Japan, Rakuten, hingga raksasa ritel AEON ikut menggelar diskon besar-besaran, jumlah paket tahun ini meningkat jauh lebih tinggi dari biasanya.
Sektor logistik Jepang sendiri sudah lama menghadapi krisis tenaga kerja akibat populasi menua dan kondisi kerja yang berat. Situasi makin diperparah setelah aturan pembatasan lembur untuk pengemudi truk, taksi, dan bus diberlakukan pada 2024 untuk mencegah kelelahan berlebih. Para ahli mengatakan regulasi ini membuat kekurangan pengemudi makin terasa sehingga perusahaan kesulitan menangani lonjakan paket musiman.
Dalam pernyataannya, Sagawa menegaskan bahwa meski layanan penyimpanan paket di cabang dan pengambilan korporat dihentikan, pengiriman barang yang sudah terlanjur diterima tetap dilakukan. Hokkaido serta beberapa prefektur di Jepang barat daya, termasuk Okinawa, tidak terdampak kebijakan ini.
Sementara itu, Yamato Transport Co., rival utama Sagawa, juga mengumumkan melalui situs resminya bahwa pengiriman mungkin mengalami keterlambatan menjelang periode sibuk Natal dan akhir tahun. Perusahaan itu menyatakan akan menekan potensi delay dengan menambah armada dan tenaga pengantar sesuai perkiraan lonjakan paket.
Sc : KN







