Di Jepang, nasi bukan hanya sekadar makanan pokok, melainkan juga memiliki peran penting dalam berbagai perayaan dan ritual. Di antara beragam jenis nasi, ada satu yang memiliki makna simbolis mendalam dan selalu hadir di momen-momen istimewa: Sekihan. Nasi yang dimasak dengan kacang merah ini, dengan warnanya yang merah muda cerah, adalah hidangan perayaan yang melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran.
Nama “Sekihan” (赤飯) secara harfiah berarti “nasi merah”. Hidangan ini terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama dengan kacang merah azuki. Warna merah yang dihasilkan dari kacang azuki saat dimasak adalah kunci dari simbolisme Sekihan. Dalam budaya Jepang, warna merah dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.
Sejarah Sekihan dimulai pada zaman kuno, di mana nasi merah dari beras ketan merah (varietas asli beras ketan) digunakan untuk perayaan. Namun, seiring waktu, varietas beras ketan merah menjadi langka, sehingga masyarakat beralih menggunakan beras ketan putih yang dimasak dengan kacang merah azuki untuk mendapatkan warna merah yang sama. Metode inilah yang terus bertahan hingga saat ini.
Sekihan adalah hidangan yang disajikan pada setiap momen perayaan atau titik balik penting dalam kehidupan. Anda akan menemukan Sekihan disajikan di:
- Perayaan Ulang Tahun: Terutama pada ulang tahun anak-anak atau ulang tahun yang ke-60 (kanreki), sebagai simbol panjang umur dan kebahagiaan.
- Kelulusan dan Awal Karir: Disajikan untuk merayakan pencapaian penting, seperti kelulusan sekolah atau awal pekerjaan baru.
- Pernikahan: Sebagai hidangan yang melambangkan keberuntungan dan awal yang baru bagi pasangan.
- Kelahiran Bayi: Nasi merah ini adalah hidangan wajib yang dibagikan kepada keluarga dan tetangga untuk mengumumkan kelahiran dan merayakan datangnya anggota keluarga baru.
- Perayaan Tradisional: Seperti Shichi-go-san (festival anak-anak berusia 7, 5, dan 3 tahun) atau festival panen.
Intinya, setiap momen bahagia atau peristiwa yang patut dirayakan, dari yang besar hingga yang kecil, bisa menjadi alasan untuk menyajikan Sekihan.
Sekihan memiliki rasa yang sederhana namun unik. Nasi ketannya lembut dan sedikit lengket, dengan sentuhan rasa nutty dari kacang merah azuki. Teksturnya yang padat menjadikannya sangat mengenyangkan.
Sekihan biasanya disajikan hangat dan ditaburi dengan goma-shio, yaitu campuran biji wijen hitam dan garam. Taburan ini memberikan rasa asin gurih yang sempurna untuk menyeimbangkan rasa nasi dan kacang merah. Terkadang, Sekihan juga bisa dinikmati dengan sedikit acar (tsukemono) atau lauk pendamping lainnya.
Meskipun sederhana, menyantap Sekihan adalah pengalaman yang penuh makna. Ia bukan hanya sekadar hidangan, melainkan sebuah tradisi yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan merayakan setiap kebahagiaan dalam hidup.
Sekihan adalah perwujudan dari filosofi Jepang bahwa momen bahagia bisa dirayakan dengan hal-hal sederhana namun penuh makna. Dengan warna merahnya yang cerah dan rasanya yang akrab, Sekihan akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan dan kenangan indah dalam budaya Jepang.