Di pegunungan Jepang yang diselimuti kabut dan keheningan, masih ada langkah kaki mantap yang memecah sunyi. Mereka bukan pendaki biasa—mereka adalah biksu gunung, atau disebut yamabushi, yang menempuh Shugendō (修験道), jalan spiritual yang menggabungkan latihan keras, meditasi alam, dan pencarian pencerahan lewat harmoni dengan alam.
🌄 Apa Itu Shugendō?
Shugendō secara harfiah berarti “jalan pencapaian melalui latihan asketis”. Ini adalah tradisi keagamaan Jepang yang muncul sejak abad ke-7, menggabungkan unsur Shinto, Buddhisme esoterik, dan kepercayaan animisme Jepang kuno. Praktik utamanya dilakukan di pegunungan suci yang dipercaya sebagai tempat tinggal roh dan dewa.
Shugendō bukan agama besar dengan jutaan penganut. Tapi bagi mereka yang menjalaninya, ini adalah jalan hidup.
🧘♂️ Siapa Itu Yamabushi?
Yamabushi (山伏), artinya “orang yang tidur di gunung”, adalah praktisi Shugendō. Mereka menjalani ritual fisik dan mental yang ekstrem, seperti:
-
Mendaki gunung terjal dengan kaki telanjang
-
Berdiri di bawah air terjun es untuk purifikasi
-
Puasa dan meditasi dalam gua
-
Berjalan ratusan kilometer dalam hening
Tujuannya bukan untuk menyiksa diri, tapi untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan menyatu dengan alam.
🏔️ Gunung sebagai Tempat Suci
Pegunungan seperti Gunung Haguro, Gunung Yoshino, Gunung Ōmine, dan Gunung Dewa San adalah pusat penting Shugendō. Setiap batu, air terjun, dan pohon dianggap suci. Ketika seseorang mendaki sambil melantunkan mantra, itu bukan olahraga—itu ritual penyucian diri.
Dalam Shugendō, gunung adalah “mandala hidup” tempat manusia bisa menghubungkan dunia nyata dan dunia spiritual.
🕯️ Tradisi yang Bertahan di Zaman Modern
Walaupun terkesan kuno dan keras, praktik Shugendō masih dijalani hingga kini. Banyak orang Jepang, bahkan turis asing, ikut dalam retret yamabushi untuk mencari ketenangan batin dan menjauh sejenak dari dunia modern yang bising.
Beberapa kelompok yamabushi membuka pengalaman ini kepada umum, dengan panduan dan tata cara yang telah disesuaikan, namun tetap menjaga esensi spiritualnya.
🙏 Lebih dari Sekadar Pendakian
Shugendō mengajarkan bahwa kesadaran lahir dari pengalaman langsung, bukan hanya dari membaca kitab suci. Saat seseorang berkeringat mendaki, berdiam dalam sunyi, dan merenung di hadapan alam luas, di sanalah makna hidup bisa muncul.
Shugendō adalah cermin dari budaya Jepang yang dalam: kesatuan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Di balik kabut pegunungan dan langkah kaki sunyi para yamabushi, tersimpan hikmah tentang ketekunan, kerendahan hati, dan pencarian diri yang tak pernah selesai.
Meskipun tak semua orang bisa menjadi yamabushi, kita semua bisa belajar dari semangat Shugendō untuk lebih menyatu dengan alam, dan lebih jujur terhadap suara hati sendiri.