Sebuah jembatan di kota Fuji, Prefektur Shizuoka, yang dipromosikan sebagai lokasi foto Instagramable dengan latar Gunung Fuji, kini menuai kecaman warga karena menyebabkan keramaian, parkir liar, dan gangguan kebisingan.
📸 Spot Viral yang Bikin Resah
Jembatan yang dikenal sebagai “Mt. Fuji Dream Bridge” ini awalnya dibangun pada tahun 2016 sebagai penghubung dua jalan umum. Namun, viralnya sebuah tangga yang tampak langsung menuju ke puncak Gunung Fuji di media sosial membuat lokasi ini diserbu wisatawan. Pada hari cerah di bulan April, lebih dari 50 orang mengantre untuk mengambil foto di sana, dan sekitar 1.000 orang mengunjungi tempat ini pada hari-hari ramai.
Pemerintah kota mendorong wisatawan untuk membagikan foto di media sosial melalui situs web resminya, sambil tetap mengimbau agar mereka tenang saat berfoto. Namun imbauan tersebut tak efektif: masih banyak parkir sembarangan dan pelanggaran ke properti pribadi, memicu kemarahan warga.
😠 Suara Warga:
-
“Wisatawan ribut dari pagi-pagi sekali, sangat mengganggu,” ujar seorang penduduk lokal.
-
“Saya rasa tidak ada satu pun warga yang merasa tempat ini layak dijadikan objek wisata.”
Warga pun terpaksa memasang papan peringatan sendiri agar pengunjung tidak masuk sembarangan.
📍 Masalah Serupa di Lokasi Fuji Lain
Masalah serupa pernah terjadi di Yamanashi, di mana pengunjung nekat menyebrang jalan sembarangan demi mengambil foto Gunung Fuji di atas sebuah minimarket. Pemerintah setempat sampai mendirikan pagar sementara untuk mencegah hal tersebut.
🧑🏫 Pendapat Ahli:
Yoshihiro Sataki, profesor pariwisata dari Josai International University, menyebut penanganan pemerintah kota tidak memadai:
“Pemerintah daerah seharusnya mengutamakan kehidupan warga lokal dan mendesak wisatawan agar lebih tertib.”
Ia juga mendesak pemerintah pusat untuk memberi dukungan finansial dan kebijakan agar daerah wisata tidak kewalahan menghadapi overtourism, terutama karena pariwisata dianggap sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Jepang.
Promosi wisata memang penting, tapi menjaga keseimbangan dengan kehidupan warga lokal juga tak kalah vital. Jika tidak dikelola dengan baik, “tempat impian” bisa berubah menjadi “mimpi buruk” bagi masyarakat setempat.







