Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang (MAFF) mengumumkan hasil dari enam survei yang dilakukan untuk menyelidiki lonjakan harga beras belakangan ini. Hasilnya, tidak ditemukan bukti adanya bottleneck (hambatan) dalam distribusi yang sebelumnya disebut-sebut sebagai penyebab utama naiknya harga.
25 Tahun Uang Kertas ¥2.000: Langka di Jepang, Istimewa di Okinawa


Meski harga beras bermerek masih tinggi sekitar 4.000 yen (sekitar Rp 420.000) untuk 5 kilogram, survei menemukan bahwa tingkat persediaan di berbagai sektor, termasuk koperasi pertanian (JA), pengecer, dan bisnis makanan, relatif sama dengan tahun sebelumnya. Bahkan, distributor besar tercatat memiliki 100.000 ton lebih banyak stok dibanding 2024, sebagian karena pelepasan beras cadangan pemerintah yang dilakukan sejak akhir Mei.
Survei skala nasional pertama sejak sistem distribusi beras saat ini dimulai pada 2004 dilakukan terhadap sekitar 70.000 bisnis, termasuk wawancara dengan pelaku industri makanan dan survei hasil penggilingan beras. Dalam pertemuan subkomite pangan pada 30 Juli, kementerian menyampaikan bahwa tidak ada bukti distribusi yang macet.
Sebelumnya, pemerintah menduga distributor menahan stok, menyebabkan gangguan pasokan. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa kenaikan harga kemungkinan besar disebabkan oleh permintaan yang melebihi perkiraan, serta kualitas brown rice (beras cokelat mentah) yang menurun akibat suhu panas ekstrem, sehingga pasokan menurun setelah proses penggilingan.
Sebagai tanggapan, kementerian kini akan merevisi proyeksi pasokan dan permintaan beras untuk tahun mendatang. Perkiraan yang biasanya dirilis akhir Juli pun ditunda.
Untuk referensi, permintaan beras tahun ini diperkirakan mencapai 7,11 juta ton, sementara stok sektor swasta per akhir Juni hanya 1,57 juta ton (termasuk cadangan pemerintah), jauh di bawah standar industri 1,8–2 juta ton yang dianggap cukup aman untuk mencegah kekurangan.
Dengan temuan ini, perhatian kini beralih dari masalah distribusi ke ketidakseimbangan pasokan-permintaan aktual, yang mungkin memerlukan kebijakan baru terkait produksi dan pelepasan cadangan beras di masa depan.
Sc : mainichi