Di antara beragam jenis ramen yang memanjakan lidah, ada satu varian yang menawarkan pengalaman makan yang unik dan adiktif: Tsukemen. Jika ramen pada umumnya disajikan dengan mi yang berenang dalam kuah panas, Tsukemen hadir dengan konsep “celup” yang inovatif, memisahkan mi dingin atau hangat dari kuah pekatnya. Sensasi inilah yang membuat Tsukemen menjadi favorit banyak penggemar mi di Jepang dan seluruh dunia.
Bukan Sekadar Ramen Biasa: Asal-Usul Tsukemen
Tsukemen pertama kali populer pada tahun 1961, berkat Kazuo Yamagishi, pendiri restoran Taishoken di Ikebukuro, Tokyo. Awalnya, hidangan ini dikenal sebagai “もりそば” (Mori Soba) atau “Special Mori Soba”, yang merupakan hidangan mi celup sederhana yang disajikan untuk staf restoran. Namun, para pelanggan yang penasaran mulai meminta hidangan tersebut, dan tak lama kemudian, Tsukemen menjadi menu resmi yang digemari banyak orang.
Konsep pemisahan mi dan kuah ini memungkinkan mi tetap kenyal dan tidak terlalu matang karena terendam kuah panas. Selain itu, kuah celup (tsukemono) yang sengaja dibuat lebih pekat dan kuat rasanya, mampu menempel sempurna pada setiap helai mi, menciptakan ledakan rasa di setiap suapan.
Anatomi Tsukemen: Mi, Kuah, dan Topping
Untuk memahami kelezatan Tsukemen, mari kita bedah komponen-komponen utamanya:
-
Mi yang Tangguh: Mi untuk Tsukemen biasanya lebih tebal dan kenyal dibandingkan mi ramen biasa. Ini karena mi akan dicelupkan ke dalam kuah kental, sehingga membutuhkan tekstur yang kokoh agar tidak mudah lembek dan mampu “mengangkat” kuah dengan baik. Mi ini bisa disajikan dingin (hiyashi) untuk kesegaran, atau hangat (atsu-mori) bagi yang lebih suka sensasi hangat.
-
Kuah Celup (Tsukemono) yang Pekat: Inilah jantung dari Tsukemen. Kuah celup sengaja dibuat jauh lebih kental dan intens rasanya dibandingkan kuah ramen biasa. Tujuannya agar kuah tersebut dapat menempel sempurna pada mi. Variasi kuah sangat beragam, namun yang paling populer adalah:
- Tonkotsu Gyokai: Perpaduan kuah kaldu tulang babi (tonkotsu) dengan kaldu seafood (gyokai) yang kaya rasa dan umami.
- Noko Gyokai: Kuah seafood yang sangat pekat, seringkali berbasis ikan sarden kering (niboshi) atau bonito (katsuobushi).
- Miso: Kuah berbasis miso yang gurih dan sedikit manis.
- Spicy: Beberapa kedai menambahkan chili oil atau bumbu pedas lainnya untuk sensasi yang lebih menggigit.
-
Topping Pelengkap: Topping Tsukemen biasanya disajikan terpisah di samping mi atau di atas mi itu sendiri. Topping umum meliputi:
- Chashu: Irisan daging babi panggang yang lembut.
- Telur Ajitama: Telur rebus setengah matang yang direndam bumbu.
- Nori: Lembaran rumput laut kering.
- Menma: Rebung bumbu.
- Bawang Hijau: Irisan bawang hijau untuk aroma segar.
Ritual Makan Tsukemen: Nikmati Setiap Celupan
Makan Tsukemen memiliki ritualnya sendiri. Ambil beberapa helai mi dengan sumpit, celupkan ke dalam kuah celup yang pekat, pastikan kuah menempel merata, lalu santap! Rasakan perpaduan tekstur mi yang kenyal dengan ledakan rasa kuah yang kaya.
Setelah mi habis, jangan terburu-buru meninggalkan mangkuk kuah. Ada tradisi unik yang disebut “Soup Wari” atau “Soupwari”. Ini adalah proses di mana Anda bisa meminta dashi (kaldu bening) panas untuk ditambahkan ke sisa kuah celup Anda. Ini akan mengencerkan kuah yang pekat menjadi sup yang lebih ringan dan hangat, sempurna untuk dihabiskan hingga tetes terakhir, mengakhiri pengalaman Tsukemen dengan memuaskan.
Tsukemen adalah bukti bahwa inovasi dalam dunia kuliner Jepang tak pernah berhenti. Dengan sensasi makan yang interaktif dan cita rasa yang dalam, tidak heran jika hidangan ini berhasil “bikin nagih” siapa saja yang mencicipinya. Jika Anda mencari pengalaman ramen yang berbeda dari biasanya, Tsukemen wajib masuk dalam daftar coba Anda!










