Menu

Dark Mode
Azuki Resmi Ganti Nama Menjadi “Omoi” untuk Mulai Babak Baru dalam Dunia Manga Digital Ibu di Jepang Dituduh Bunuh Putrinya dan Simpan Jasad dalam Freezer A-chan Perfume Umumkan Pernikahan dengan Pria Non-Seleb Kesalahan Umum Orang Indonesia Saat Pertama Kali ke Jepang Higan: Tradisi Ziarah ke Makam Saat Perubahan Musim di Jepang Putri Aiko Lakukan Kunjungan Resmi Pertama ke Laos, Rayakan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang-Laos

News

Warga China Dilarang ke Jepang, Industri Pariwisata Jepang Mulai Merasakan Dampaknya

badge-check


					Warga China Dilarang ke Jepang, Industri Pariwisata Jepang Mulai Merasakan Dampaknya Perbesar

Beberapa agen perjalanan besar di China menghentikan penjualan paket wisata ke Jepang, setelah pemerintah China pekan lalu mengimbau warganya untuk tidak mengunjungi negara tetangga tersebut di tengah memburuknya hubungan diplomatik terkait Taiwan, menurut sumber industri pada Senin (18/11/2025).

Beberapa hotel di Jepang mulai menerima pembatalan, sementara dampak dari imbauan ini juga terasa di industri hiburan, dengan perilisan film-film Jepang di China ditunda.

Wisatawan China merupakan salah satu kelompok terbesar dari pengunjung asing ke Jepang. Memanasnya hubungan kedua negara baru-baru ini dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai kemungkinan respons Jepang jika terjadi kontinjensi di Taiwan.

Salah satu agen perjalanan milik negara yang berbasis di Beijing menyatakan telah menghentikan pengaturan tur individu maupun grup ke Jepang mulai Minggu, dengan alasan “situasi yang sedang dihadapi kedua negara.” Agen ini juga menghentikan layanan pengurusan visa dan akan mengembalikan dana pelanggan yang telah membeli paket wisata ke Jepang tanpa biaya tambahan. Situs web mereka tidak menampilkan paket terkait ketika kata kunci seperti “Jepang” atau “Tokyo” dicari.

Sebuah perusahaan tur swasta di Beijing juga menyatakan telah menghentikan penerimaan pelanggan baru untuk perjalanan ke Jepang.

Dari Januari hingga September tahun ini, sekitar 31,65 juta wisatawan asing mengunjungi Jepang, dengan sekitar 7,49 juta di antaranya berasal dari China, naik 42,7 persen dibanding tahun sebelumnya dan terbanyak dari negara atau wilayah manapun. Pada 2024, sekitar 6,98 juta warga China berwisata ke Jepang, menurut data pemerintah Jepang.

Sehari setelah imbauan perjalanan dikeluarkan pada Jumat lalu, maskapai besar China mengizinkan penumpang membatalkan atau mengubah jadwal penerbangan ke Jepang tanpa biaya.

Dalam mengeluarkan peringatan tersebut, Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa komentar “provokatif” dari pemimpin Jepang telah menyebabkan “suasana hubungan antarwarga memburuk secara serius, menimbulkan risiko signifikan bagi keselamatan warga China” di Jepang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, membela peringatan perjalanan ini sebagai “sepenuhnya wajar,” sambil menyebut adanya “beberapa pernyataan ekstrem dan mengancam terhadap China” dari pihak kanan Jepang maupun di internet.

Namun sebagian warga China yang menyukai Jepang merasa kecewa dengan imbauan ini, mempertanyakan penilaian pemerintah terkait keamanan publik di negara tetangga. Selama akhir pekan, antrean panjang terlihat di loket maskapai di bandara Beijing, karena banyak orang tetap ingin berangkat ke Jepang.

Seorang pria yang menantikan perjalanan memancing berkata, “Saya sudah merencanakan perjalanan ke Jepang setengah tahun lalu dan tidak bisa mengubahnya” di menit terakhir. Seorang wisatawan lain, pria berusia 40-an yang bekerja di perusahaan teknologi, menolak peringatan perjalanan itu dan mengatakan Jepang “sangat aman.” Seorang wanita China berusia 50-an yang tinggal di Jepang menambahkan, “Saya tidak peduli dengan rekomendasi pemerintah.”

Beberapa pelaku industri pariwisata Jepang menyatakan kewaspadaan karena langkah ini bisa menurunkan keuntungan. Beberapa hotel telah menerima pembatalan dari pelanggan China.

Imperial Hotel Ltd. menyatakan menerima pembatalan atau penundaan dari beberapa perusahaan China yang memesan kamar atau acara, namun belum ada dampak signifikan dari reservasi individu. “Efeknya terbatas karena pelanggan berasal dari berbagai negara, meski kami akan terus memantau situasi,” ujar seorang pejabat hotel.

Colowide Co., yang mengelola berbagai pub dan restoran bergaya Jepang, menyatakan kekhawatiran jika pembatasan perjalanan diterapkan sepenuhnya. Sementara itu, seorang pejabat dari perusahaan kosmetik besar, Kose Corp., mencatat bahwa dibandingkan masa-masa ketika wisatawan China melakukan belanja besar-besaran, kontribusi penjualan saat ini tidak sebesar dulu.

Bagi wisatawan China, Jepang termasuk tujuan luar negeri yang populer bersama Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia. Pada periode Juli-September, konsumsi wisatawan China di Jepang mencapai sekitar 590 miliar yen (sekitar 3,8 miliar dolar AS), tertinggi di antara negara atau wilayah mana pun, menurut data Japan Tourism Agency.

Sc : KN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Ibu di Jepang Dituduh Bunuh Putrinya dan Simpan Jasad dalam Freezer

19 November 2025 - 06:17 WIB

Putri Aiko Lakukan Kunjungan Resmi Pertama ke Laos, Rayakan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang-Laos

18 November 2025 - 16:10 WIB

Pendidikan Seks Sejak Dini di Jepang: Buku Animasi dan Workshop Ajarkan Anak Mengenal Tubuh dan Melindungi Diri

18 November 2025 - 15:30 WIB

Hampir Separuh Pekerja Muda Jepang Lakukan “Oshi-katsu”, Bantu Tingkatkan Motivasi Kerja

17 November 2025 - 16:10 WIB

Beruang Masuk Mal Aeon di Akita, Pengunjung Dievakuasi dan Hewan Dilumpuhkan

17 November 2025 - 16:10 WIB

Trending on News