Jumlah wisatawan asing yang datang ke Jepang antara Januari hingga September 2025 meningkat 17,7 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai sekitar 31,65 juta orang. Angka ini menjadi rekor tercepat Jepang menembus 30 juta wisatawan hanya dalam waktu sembilan bulan, menurut laporan pemerintah pada Rabu (2/10). Peningkatan ini didorong oleh melemahnya nilai tukar yen serta lonjakan wisatawan asal Tiongkok.
Berdasarkan data dari Japan National Tourism Organization (JNTO), jumlah wisatawan tahun ini hampir pasti akan melampaui rekor 36,87 juta pada 2024, dan bahkan berpotensi menyentuh angka 40 juta sebelum akhir tahun.
Selama sembilan bulan pertama, total belanja wisatawan asing untuk penginapan, belanja, dan kebutuhan lainnya mencapai rekor 6,9 triliun yen atau sekitar 45,5 miliar dolar AS.
Namun, lonjakan jumlah wisatawan juga menimbulkan masalah overtourism di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Kyoto. Pemerintah Jepang kini berupaya untuk menyebarkan arus wisatawan ke daerah-daerah regional serta meningkatkan kapasitas akomodasi di luar wilayah perkotaan.
Dari segi asal negara, Tiongkok menempati peringkat teratas dengan sekitar 7,49 juta pengunjung (naik 42,7%), disusul Korea Selatan dengan 6,79 juta (naik 5%), dan Taiwan dengan 5,04 juta (naik 9,8%).
Pada bulan September saja, tercatat 3,27 juta wisatawan asing, naik 13,7 persen dari tahun lalu — pertama kalinya angka bulanan untuk bulan September menembus 3 juta pengunjung. Sekitar 65 persen di antaranya berasal dari negara-negara Asia Timur.
Meskipun pertumbuhan sempat melambat pada awal tahun akibat rumor bencana alam besar yang mungkin terjadi di Jepang pada musim panas, tingkat kunjungan kembali melonjak ke dua digit pada Agustus dan September.
Rata-rata pengeluaran per wisatawan pada kuartal hingga September tercatat 219.428 yen, turun tipis 0,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Wisatawan asal Jerman menjadi yang paling boros dengan rata-rata 435.512 yen per orang, disusul Inggris (360.054 yen) dan Spanyol (354.793 yen).
Pemerintah Jepang menargetkan 60 juta wisatawan asing dengan total belanja 15 triliun yen pada tahun 2030. Namun, peningkatan pesat jumlah turis juga memunculkan masalah sosial seperti keramaian, sampah, dan kebisingan di berbagai destinasi populer.
Survei yang dilakukan oleh One Inc. pada Juli lalu terhadap 1.000 responden menunjukkan bahwa 62 persen masyarakat Jepang memiliki pandangan negatif terhadap peningkatan wisatawan asing, terutama karena kekhawatiran terhadap sopan santun dan keamanan publik.
Sebagai langkah penanganan, pemerintah daerah di berbagai destinasi utama mulai memasang papan bergambar (piktogram) di dekat tempat sampah dan area publik untuk membantu wisatawan asing memahami etika dan aturan lokal dengan lebih mudah.
Profesor Yoshihiro Sataki dari Universitas Internasional Josai menegaskan pentingnya komunikasi lintas budaya:
“Pariwisata berkelanjutan tidak akan tercapai jika baik wisatawan maupun penduduk lokal tidak merasa bahagia,” ujarnya.
Sc : JT