Dalam budaya Jepang, ada kepercayaan bahwa usia tertentu membawa nasib buruk. Tahun-tahun ini disebut “Yakudoshi” (厄年), yang secara harfiah berarti “tahun kesialan”. Walaupun terdengar mistis, kepercayaan ini masih hidup dan dijalankan dengan serius oleh banyak orang Jepang hingga hari ini.
📅 Usia-usia yang Dianggap Sial
Menurut tradisi, tahun sial utama berbeda untuk pria dan wanita:
-
Pria:
-
Usia 25, 42, dan 61 tahun
-
Yang paling dianggap berat: usia 42 tahun karena angka 42 bisa dibaca “shi-ni” (死に), yang berarti “menuju kematian”.
-
-
Wanita:
-
Usia 19, 33, dan 37 tahun
-
Yang paling dianggap berat: usia 33 tahun, karena angka itu dianggap membawa kesialan dalam rumah tangga dan kesehatan.
-
Tahun sebelum (maeyaku) dan sesudahnya (atoyaku) juga dianggap rentan, jadi perhatian ekstra sering diberikan selama tiga tahun berturut-turut.
🙏 Apa yang Dilakukan Saat Yakudoshi?
-
Mengunjungi kuil (厄除け, yakuyoke)
Orang Jepang biasanya mengunjungi kuil Shinto untuk melakukan ritual pengusir sial, seperti upacara “yakubarai”. -
Menghindari keputusan besar
Banyak yang sengaja menunda pernikahan, pindah rumah, atau memulai usaha baru saat tahun Yakudoshi, agar tidak “menantang nasib”. -
Mengenakan jimat pelindung
Seperti omamori atau benda-benda simbolik yang diyakini dapat menolak bala.
🎎 Apakah Semua Orang Jepang Percaya?
Tidak semua orang Jepang percaya secara harfiah. Namun, banyak yang tetap mengikuti tradisinya sebagai bentuk kehati-hatian dan penghormatan pada budaya. Mirip seperti sebagian orang Indonesia yang percaya weton atau menghindari menikah di bulan tertentu, meskipun mereka tidak terlalu religius.
🌱 Simbol Keseimbangan, Bukan Ketakutan
Kepercayaan terhadap Yakudoshi mencerminkan pandangan orang Jepang bahwa hidup itu naik-turun, dan bahwa waspada di saat tertentu bisa menjaga harmoni dalam hidup. Tahun sial bukan berarti harus takut, tapi menjadi waktu untuk lebih mawas diri dan memperkuat hubungan spiritual.
Yakudoshi menunjukkan betapa budaya Jepang penuh dengan simbol dan makna tersembunyi. Di balik kepercayaan tahun sial ini, ada pesan untuk hidup lebih hati-hati, bersyukur, dan tetap terhubung dengan hal-hal spiritual—sebuah warisan budaya yang bertahan di era modern.