Menu

Dark Mode
Gundam Base Pertama di AS Resmi Dibuka di Chicago, Hadirkan Produk Eksklusif dan Patung Gundam Setinggi 6 Kaki Mau Sewa Kimono? Bahasa Jepang untuk Dunia Penyewaan Kimono: Biar Lancar Saat Dressing & Photoshoot Jepang Luncurkan Bus Malam dengan Kursi Rata ala “Kapsul Tidur”, Nyaman untuk Perjalanan 10 Jam Code Geass Umumkan Anime Baru, Kolaborasi dengan Gundam Wing, dan Deretan Proyek Besar untuk Ulang Tahun ke-20 Gundam Hathaway Tayang Versi Re-Cut di TV, Sekaligus Umumkan Update Film Kedua Jepang Kembangkan Layanan Ride-Share Berbasis AI

Culture

Kesendirian dalam Budaya Jepang: Mengapa Tidak Dianggap Hal Buruk?

badge-check


					{ Perbesar

{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7553080662954298642"}}

Bagi banyak orang, kesendirian sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Namun di Jepang, kesendirian justru tidak selalu dilihat sebagai hal yang menyedihkan. Banyak orang Jepang terbiasa makan sendiri di restoran, berjalan sendirian di taman, atau bahkan berlibur sendirian. Fenomena ini bukan tanpa alasan, melainkan berakar dari budaya, gaya hidup, dan cara pandang masyarakat Jepang terhadap hubungan sosial.


1. Konsep “Hitoribocchi”

Dalam bahasa Jepang, ada kata hitoribocchi (ひとりぼっち) yang berarti sendirian. Meski kadang digunakan dengan nuansa sepi, pada praktiknya, sendirian tidak otomatis bermakna kesepian.
Bagi orang Jepang, ada perbedaan antara “hitori de iru” (berada sendiri) dan “sabishii” (merasa kesepian). Artinya, sendirian itu kondisi, sedangkan kesepian itu perasaan.


2. Budaya yang Menjaga Batas Pribadi

Masyarakat Jepang terkenal dengan budaya tidak mengganggu privasi orang lain. Dari kecil, mereka sudah diajarkan untuk tidak terlalu mencampuri urusan orang lain.
Hal ini membuat banyak orang Jepang merasa nyaman dengan kesendirian, karena mereka bisa menikmati waktu tanpa tekanan sosial.


3. Kehidupan Modern yang Sibuk

Tingkat kesibukan di Jepang sangat tinggi. Jadwal kerja yang padat, perjalanan jauh dengan kereta, hingga kegiatan sekolah yang penuh aturan membuat orang Jepang jarang punya waktu untuk bersosialisasi secara intens.
Akhirnya, banyak orang terbiasa menikmati waktu sendiri sebagai momen berharga untuk istirahat dan mengisi ulang energi.


4. Tren “Ohitorisama”

Beberapa tahun terakhir, muncul istilah ohitorisama (おひとりさま) yang berarti “pelanggan sendirian”. Banyak restoran, kafe, hingga tempat karaoke menyediakan layanan khusus untuk orang yang datang sendiri.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kesendirian sudah menjadi gaya hidup yang diterima luas di Jepang. Bahkan, ada anggapan bahwa bisa menikmati waktu sendiri adalah tanda kemandirian.


5. Ruang untuk Refleksi Diri

Dalam budaya Jepang, ada nilai spiritual yang menekankan pentingnya merenung dan menenangkan diri. Tradisi seperti duduk di taman Zen, menikmati upacara teh, atau sekadar melihat bunga sakura bisa dilakukan sendirian tanpa dianggap aneh.
Kesendirian di sini dilihat sebagai kesempatan untuk memahami diri sendiri dan menjaga keseimbangan batin.


Kesendirian di Jepang bukanlah hal yang buruk, melainkan bagian dari cara hidup yang normal dan bahkan dihargai. Alih-alih dianggap menyedihkan, waktu sendirian dipandang sebagai kesempatan untuk beristirahat, mandiri, dan menemukan ketenangan.
Mungkin inilah alasan mengapa banyak orang Jepang terlihat nyaman makan, berjalan, atau bepergian sendiri tanpa merasa canggung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Shuin: Koleksi Stempel Kuil yang Ada Seninya

6 December 2025 - 17:30 WIB

Budaya “Oseibo” & “Ochūgen”: Hadiah Musiman sebagai Bentuk Terima Kasih ala Jepang

4 December 2025 - 18:30 WIB

Tsumami Zaiku: Seni Merangkai Bunga Kain untuk Hiasan Rambut Jepang

1 December 2025 - 16:45 WIB

Senpāi–Kōhai: Hirarki Sosial Jepang dari Sekolah hingga Dunia Kerja

22 November 2025 - 14:30 WIB

Miai: Perjodohan Ala Jepang yang Tetap Eksis di Era Dating App

21 November 2025 - 13:43 WIB

Trending on Culture