Pemerintah Jepang menargetkan peningkatan drastis penggunaan kecerdasan buatan generatif di kalangan masyarakat, dari sekitar 25% pada tahun fiskal 2024 menjadi 80% di masa mendatang. Langkah ini tertuang dalam rancangan pedoman pemanfaatan AI yang dirilis Selasa, sebagai respons terhadap ketertinggalan Jepang dibanding negara lain.
Dalam draf tersebut, pemerintah menetapkan target awal kenaikan tingkat penggunaan menjadi 50%, sekaligus mendorong investasi swasta sebesar 1 triliun yen melalui pembangunan infrastruktur AI.
Kabinet Perdana Menteri Sanae Takaichi berencana mengesahkan pedoman ini sebelum akhir tahun setelah mendengar masukan para ahli. Dokumen tersebut menjadi panduan pertama yang secara khusus mengatur pemanfaatan AI, termasuk langkah untuk meminimalkan risiko dari perkembangan teknologi yang cepat. Meski demikian, pedoman ini tidak bersifat mengikat secara hukum dan akan diperbarui setiap tahun.
Salah satu fokus pemerintah adalah memperkuat sistem keamanan melalui peningkatan kapasitas lembaga khusus, AI Safety Institute. Namun, sejumlah pengamat menilai rincian soal pencegahan penyalahgunaan AI masih belum cukup jelas.
AI ditetapkan sebagai “inti dari investasi manajemen risiko”, dan pemerintah menegaskan pentingnya percepatan adopsi serta penguatan kemampuan pengembangan teknologi. Pemerintah pusat dan daerah juga akan memimpin penggunaan AI di berbagai sektor, termasuk kesehatan, keuangan, pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Pemerintah juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan “AI fisik”, yaitu integrasi AI dengan robotika, sebagai strategi untuk meningkatkan daya saing global. Untuk mendukung hal tersebut, infrastruktur penting seperti pusat data, pasokan listrik, dan jaringan komunikasi akan diperluas melalui kolaborasi pemerintah dan sektor swasta.
Selain itu, pemerintah menegaskan akan menyelidiki setiap kasus penyalahgunaan teknologi AI.
Menurut buku putih pemerintah yang dirilis Juli lalu, hanya 26,7% warga Jepang yang menggunakan AI generatif pada tahun fiskal 2024—jauh tertinggal dibanding Amerika Serikat (68,8%) dan Tiongkok (81,2%).
Sc : JT










