Nissan Motor Co. pada Selasa (12/3) mengumumkan penunjukan Ivan Espinosa sebagai CEO baru menggantikan Makoto Uchida, dalam upaya perusahaan untuk bangkit setelah gagal mencapai kesepakatan merger dengan Honda Motor Co.
Espinosa, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Planning Officer, akan mulai menjabat sebagai CEO pada 1 April 2025, sementara Uchida (58) akan tetap menjadi direktur hingga rapat pemegang saham pada Juni mendatang.
Tantangan Espinosa: Bangkitkan Nissan dari Krisis
Espinosa (46) menghadapi tugas berat untuk mengembalikan Nissan ke jalur pertumbuhan, setelah perusahaan mengalami penurunan laba lebih dari 90% dalam sembilan bulan hingga Desember akibat melemahnya penjualan di pasar utama seperti AS dan China.
Dalam konferensi pers online, Espinosa menyatakan komitmennya untuk membawa Nissan kembali ke jalur yang lebih baik, “Saya yakin Nissan memiliki potensi lebih besar dari yang kita lihat saat ini.”
Meskipun muncul spekulasi bahwa kepemimpinan baru Nissan mungkin melanjutkan negosiasi merger dengan Honda, Espinosa menolak berkomentar mengenai hal itu.
Uchida Mengaku Bertanggung Jawab atas Kegagalan Nissan
Uchida, yang menjabat sebagai CEO sejak 2019, mengakui kegagalannya dalam membalikkan kondisi Nissan.
“Saya gagal mendapatkan kepercayaan dari sebagian karyawan kami,” ujar Uchida dalam konferensi pers. “Memulai kembali dengan kepemimpinan baru adalah yang terbaik untuk Nissan.”
Selain Uchida, wakil presiden Nissan yang bertanggung jawab atas produksi dan pengembangan teknologi juga akan mengundurkan diri.
Pada Desember lalu, Nissan dan Honda mengumumkan rencana merger melalui holding company yang dijadwalkan terbentuk pada 2026, dengan tujuan mengurangi biaya pengembangan kendaraan listrik dan perangkat lunak, guna bersaing dengan Tesla dan BYD.
Namun, pada Februari, pembicaraan gagal setelah terungkap bahwa Honda ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaannya karena Nissan dinilai belum menunjukkan kemajuan dalam pemulihan bisnisnya.
Nissan menolak gagasan tersebut karena ingin mempertahankan otonominya, sehingga mereka memilih untuk membatalkan negosiasi merger.
Pada November lalu, Nissan mengumumkan langkah pemangkasan 9.000 karyawan dan pengurangan produksi global sebesar 20% sebagai bagian dari restrukturisasi.
Namun, para analis ragu apakah Nissan bisa bertahan tanpa kemitraan baru. Ada spekulasi bahwa Nissan mungkin mencari mitra baru, seperti perusahaan teknologi Taiwan Foxconn (Hon Hai Precision Industry Co.), untuk meningkatkan daya saingnya.
Kelemahan utama Nissan di pasar AS adalah minimnya kendaraan hybrid dalam portofolionya, padahal permintaan untuk mobil berbahan bakar bensin-listrik sangat tinggi. Di China, kurangnya model baru juga menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan perusahaan.
Dengan kondisi ini, kepemimpinan Espinosa akan menjadi kunci bagi masa depan Nissan, apakah bisa bangkit sendiri atau perlu bergabung dengan mitra lain demi bertahan di industri otomotif global.
Sc : KN