Menu

Dark Mode
Anak 6 Tahun Tewas Tenggelam di Bendungan di Okayama Istilah dalam Bahasa Jepang untuk Cuaca dan Alam: Dari Cerah hingga Gempa Hijiki: Rumput Laut Hitam yang Kaya Nutrisi, Pelengkap Sehat di Meja Makan Budaya Chado (Upacara Teh): Lebih dari Minum Teh, Seni Meditasi dan Penghargaan Legendaris Baseball Jepang, Shigeo Nagashima, Wafat di Usia 89 Tahun Jepang Naikkan Target Investasi Asing Jadi 150 Triliun Yen untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

News

Jepang Catatkan Rekor Kunjungan Wisatawan Asing, Warga Lokal Justru Makin Jarang Bepergian

badge-check


					Jepang Catatkan Rekor Kunjungan Wisatawan Asing, Warga Lokal Justru Makin Jarang Bepergian Perbesar

Pada hari Selasa, Kabinet Jepang merilis white paper tahunan tentang pariwisata berdasarkan data tahun fiskal 2024. Laporan tersebut mencatat bahwa sekitar 36,87 juta wisatawan asing mengunjungi Jepang tahun lalu, jumlah tertinggi dalam sejarah. Namun, di sisi lain, jumlah warga Jepang yang bepergian di dalam negeri justru menurun. Tercatat 540 juta perjalanan domestik oleh penduduk Jepang, turun 8,2 persen dibanding tahun 2019, yaitu tahun terakhir sebelum pandemi COVID-19.

Laporan itu menyebut menurunnya angka kelahiran dan populasi Jepang yang menyusut sebagai alasan utama penurunan ini, dan menyerukan upaya untuk meningkatkan frekuensi serta durasi perjalanan domestik warga Jepang. Salah satu inisiatif datang dari kota Kotohira di Prefektur Kagawa, di mana koordinator mengatur agar para wisatawan menghabiskan sebagian waktu mereka bekerja di restoran atau penginapan lokal untuk membantu menutupi biaya perjalanan. Program lain mencocokkan wisatawan dengan warga pedesaan di Prefektur Niigata dan Nagano untuk pengalaman bertani bersama, menciptakan hubungan antarmanusia yang hangat, yang diharapkan akan mendorong kunjungan ulang ke daerah tersebut yang mulai terasa seperti “kampung halaman kedua.”

Namun, reaksi netizen terhadap laporan itu justru meragukan bahwa penurunan jumlah pelancong domestik hanya disebabkan faktor demografi. Pasalnya, populasi Jepang tidak berkurang sampai 8,2% hanya dalam lima tahun. Banyak komentar yang justru menyoroti dua penyebab utama mereka enggan bepergian: keramaian dan biaya yang melonjak.

Dari sisi keramaian, lonjakan besar wisatawan asing telah mengurangi minat warga lokal untuk berwisata, terutama ke destinasi populer seperti Kyoto dan Shibuya. Tempat-tempat itu memang sudah ramai sebelum pandemi, tetapi kini tingkat kepadatan semakin parah, bahkan disertai keluhan soal tingkah laku wisatawan asing yang buruk, yang menciptakan suasana tidak nyaman bagi warga Jepang.

Dari sisi biaya, melemahnya yen menjadi daya tarik besar bagi wisatawan asing, karena mereka bisa mendapatkan lebih banyak yen dari mata uang mereka. Namun, hotel-hotel dan restoran menaikkan harga secara drastis, dan hal ini sangat membebani masyarakat lokal. Bagi orang Jepang, biaya hidup sudah meningkat akibat inflasi, seperti harga bahan makanan, utilitas, pakaian, hingga tarif kereta, namun kenaikan gaji tidak mengikuti. Akibatnya, banyak orang Jepang yang harus mengencangkan ikat pinggang, dan merasa enggan menghabiskan uang untuk liburan yang harganya sudah melambung tinggi.

Kumpulan komentar warganet menunjukkan keputusasaan ini:

  • “Harganya mahal banget, hotel juga mahal. Ya jelas saja saya nggak pergi.”

  • “Liburan domestik sekarang berasa dibohongi.”

  • “Harga dinaikkan jelas-jelas karena mereka incar turis asing.”

  • “Sudah pasti begini jadinya. Susah cari tempat yang gak terdampak overtourism.”

  • “Setiap hari sudah naik kereta penuh sesak ke kantor, masa liburan juga harus desak-desakan?”

  • “Banyak tempat yang sebenarnya ingin saya kunjungi, tapi penuh banget sama turis asing.”

  • “Sekarang susah banget cari kamar hotel kosong, dan kalau pun ada, harganya mahal banget. Tempat wisatanya juga ramai sekali… Saya sekarang cuma ambil day trip.”

  • “Gak punya duit.”

Yang mengkhawatirkan, kondisi ini bisa menciptakan siklus negatif yang memperparah keadaan. Jika wisatawan domestik menghindari hotel atau destinasi tertentu karena terlalu mahal dan ramai, maka bisnis-bisnis itu akan makin bergantung pada wisatawan asing, yang membuat keramaian dan harga makin tinggi, dan akhirnya semakin menjauhkan wisatawan lokal.

Namun di balik penurunan jumlah pelancong, laporan juga mencatat bahwa mereka yang tetap melakukan perjalanan dalam negeri menghabiskan lebih dari 25 triliun yen (sekitar 172 miliar dolar AS) tahun lalu — angka pengeluaran domestik tertinggi yang pernah tercatat. Ini menunjukkan bahwa perjalanan domestik kini menjadi sesuatu yang mewah, dengan kesenjangan yang semakin nyata antara mereka yang mampu liburan dan mereka yang terpaksa tetap di rumah karena keterbatasan ekonomi.

Sc : NHK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Anak 6 Tahun Tewas Tenggelam di Bendungan di Okayama

4 June 2025 - 10:10 WIB

Legendaris Baseball Jepang, Shigeo Nagashima, Wafat di Usia 89 Tahun

3 June 2025 - 17:10 WIB

Jepang Naikkan Target Investasi Asing Jadi 150 Triliun Yen untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

3 June 2025 - 16:10 WIB

Bandai Umumkan Museum Desain Plamo Baru di Shizuoka, Jepang

3 June 2025 - 14:30 WIB

Todongkan Pisau ke Rekan Kerja, Pemagang Indonesia di Sapporo Ditangkap Polisi

3 June 2025 - 12:10 WIB

Trending on News