Harga rata-rata beras di Jepang turun ke bawah 4.000 yen (sekitar Rp 430 ribu) per 5 kilogram untuk pertama kalinya dalam sekitar tiga setengah bulan, menjadi 3.920 yen, demikian disampaikan pemerintah pada Senin (17/6). Penurunan ini diyakini dipengaruhi oleh distribusi cadangan beras pemerintah yang semakin ditingkatkan.
Dalam periode tujuh hari hingga 15 Juni, harga rata-rata beras yang dijual di supermarket di seluruh Jepang turun 256 yen per 5 kg dibandingkan pekan sebelumnya. Dengan demikian, harga kembali ke kisaran 3.000 yen untuk pertama kalinya sejak pekan yang berakhir pada 2 Maret, menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang.
Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi mengatakan penurunan harga ini sebagian besar karena pelepasan cadangan beras tambahan. “Pesan tegas dari pemerintah terbukti efektif,” ujarnya kepada wartawan.
Pangsa pasar beras campuran, termasuk beras dari cadangan pemerintah, juga naik 6 poin persentase menjadi 50 persen.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba sebelumnya berjanji akan menurunkan harga rata-rata beras kemasan 5 kg ke kisaran 3.000 yen pada akhir Juni.
Berdasarkan data konsumsi rumah tangga, tahun lalu rata-rata satu rumah tangga di Jepang mengonsumsi 60,20 kg beras. Meski harga sudah turun, harga rata-rata beras masih hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, indeks harga konsumen inti Jepang pada Mei naik 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat kenaikan terbesar dalam lebih dari dua tahun. Harga beras mencatat rekor tertinggi baru untuk bulan kedelapan berturut-turut dengan lonjakan 101,7 persen akibat pasokan yang terbatas.
Mulai Senin, pemerintah juga memberlakukan larangan penjualan kembali beras yang dibeli di toko ritel dengan harga lebih tinggi dari harga beli, untuk menjamin stabilitas harga beras di tingkat konsumen.
Pelanggaran terhadap larangan ini diancam hukuman penjara hingga satu tahun atau denda hingga 1 juta yen (sekitar Rp 67 juta), atau keduanya.
Sc : KN