Di Jepang, kesopanan bukan sekadar etika, tapi sudah menjadi cara hidup. Salah satu konsep yang mencerminkan hal ini adalah “enryo” (遠慮) — sikap menahan diri demi tidak merepotkan atau menyusahkan orang lain. Tapi, ketika sikap ini dilakukan berlebihan, muncul pertanyaan: apa tidak malah jadi penghalang dalam komunikasi?
Apa Itu Enryo?
Secara harfiah, enryo berarti “menahan diri” atau “sungkan”. Dalam praktiknya, orang Jepang cenderung menolak sesuatu pada tawaran pertama — meskipun sebenarnya mereka ingin menerimanya. Ini bukan karena tidak sopan, justru karena mereka ingin terlihat tidak egois dan tidak ingin menjadi beban.
Contoh sederhananya:
-
Diajari: “Kalau ditawari makanan, tolak dulu satu kali biar sopan.”
-
Di kantor: “Jangan tanya terlalu banyak ke atasan, nanti dianggap mengganggu.”
-
Di restoran: “Walau pesanannya salah, lebih baik diam daripada merepotkan staf.”
Enryo dalam Kehidupan Sehari-Hari
Konsep enryo bisa dilihat dalam banyak aspek kehidupan:
-
Di tempat kerja, karyawan junior sering merasa sungkan mengungkapkan pendapat, meski punya ide bagus.
-
Dalam pertemanan, orang sering tidak mengutarakan kebutuhan mereka secara langsung.
-
Di rumah sakit, pasien mungkin enggan meminta bantuan lebih karena takut menyusahkan perawat.
Sisi Positif dari Enryo
-
Menciptakan lingkungan sosial yang penuh pertimbangan, tidak ada yang terlalu menuntut atau mendominasi.
-
Menghindari konflik secara terbuka, yang dalam budaya Jepang dianggap tidak nyaman dan merusak keharmonisan (wa).
-
Menumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi, karena setiap orang belajar menjaga keseimbangan dalam hubungan sosial.
Tapi… Bisa Jadi Penghalang Juga
Jika dilakukan secara berlebihan, enryo bisa:
-
Menghambat komunikasi jujur, karena orang jadi sulit mengungkapkan perasaan atau kebutuhan sebenarnya.
-
Menambah beban mental, karena terus-menerus menekan diri agar tidak merepotkan orang lain.
-
Menimbulkan salah paham, apalagi dalam hubungan antarbudaya dengan orang asing yang lebih terbuka.
Enryo vs. Kejujuran: Mana yang Lebih Penting?
Di dunia yang semakin global, banyak orang Jepang — terutama generasi muda — mulai mempertanyakan apakah budaya enryo masih relevan. Mereka mulai mendorong komunikasi yang lebih langsung dan terbuka, tanpa meninggalkan sopan santun.
Namun, enryo tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jepang. Selama dilakukan dengan sadar dan tidak sampai menyiksa diri sendiri, enryo adalah bentuk empati sosial yang indah.
Enryo mengajarkan kita untuk berpikir dua kali sebelum bertindak — bukan hanya soal apa yang kita mau, tapi juga tentang bagaimana perasaan orang lain. Tapi seperti halnya budaya lainnya, kuncinya adalah keseimbangan. Sopan, iya. Tapi jangan sampai kehilangan suara sendiri.